Salin Artikel

Haruskah Kaesang Maju Jadi Wali Kota Depok?

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama anak bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, tiba-tiba muncul dalam bursa calon Wali Kota Depok dan dibicarakan di media sosial.

Dukungan ini pertama kali digaungkan oleh relawan Ganjar Pranowo (GP) Center. Melalui akun Twitter-nya, Sekretaris Jenderal GP Center memajang foto Kaesang disertai kalimat dukungan pada Maret lalu.

Sinyal itu langsung ditangkap oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Depok. Baliho wajah Kaesang sudah terpampang di daerah Margonda sebagai bentuk keseriusannya mendukung Kaesang menjadi Wali Kota Depok.

Menurut Wakil Ketua DPD PSI Kota Depok Icuk Pramana, inisiasi pengusungan nama Kaesang bukan tanpa pertimbangan. Bahkan, DPD PSI Kota Depok sudah mengerahkan komponen politik yang ada di sana fokus untuk pemenangan Kaesang.

"Kami ini kemarin sudah coba dorong beberapa nama sebetulnya lewat rembuk rakyat. Yang responsnya positif itu Kaesang. Kami juga sempat kaget," ucap Icuk saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (31/5/2023).

Kemenangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Depok 2020 telah membuat PKS sukses menempatkan usungannya di kursi wali kota hingga empat periode.

Kendati partai oposisi sudah mendominasi sekitar 20 tahun, PSI tak gentar mengusung nama baru. Bahkan Icuk menolak anggapan PKS telah mendominasi Depok selama 20 tahun.

"Yang menguasai Depok selama 20 tahun itu golput (golongan putih). Warga Depok tidak mau memilih karena orangnya itu-itu lagi, tidak kenal calon, atau calonnya tidak bagus. Jadi, golput yang selama ini menang," ucap Icuk.

Hal ini terbukti dari hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok. Pada 2020, angka golput memperoleh suara terbanyak alias unggul dalam hasil rekapitulasi suara final.

Jumlah golput dalam hasil rekapitulasi final KPU Kota Depok mencapai 481.016 atau 39,12 persen dari total 1.229.362 daftar pemilih tetap (DPT).

Terobosan buat Kota Depok

Sosok Kaesang saat ini masih dinilai sebagai orang yang minim berpangalaman dalam kancah politik. Namun, kata Icuk, jika melihat kepemimpinan selama 20 tahun terakhir ini membuktikan pengalaman tak selamanya menciptakan perubahan.

"Kalau ditanya pengalaman, yang memimpin Kota Depok selama 20 tahun saja sudah cukup berpengalaman. Kurang apalagi? Kalau masih begitu kan bukan pengalaman yang dicari," kata Icuk.

Menurut Icuk, manajemen daerah itu tergantung keinginan politik pemimpinnya. Terlebih, perangkat daerah yang ada di Depok dinilai cukup lengkap.

Icu menyebutkan, Pemerintah Kota Depok memiliki satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), anggaran yang cukup, dan masih banyaknya lahan tersedia.

"Nah, terobosan ini yang tidak diambil oleh pemimpin yang sekarang. Yang dicari kemauan untuk membangun. Yang kami lihat Kaesang punya kemampuan itu," ucap Icuk.

Lobi-lobi politik

Hingga saat ini, belum ada pernyataan Kaesang masuk dalam partai politik. Namun, kata Icuk, hal itu tak jadi soal lantaran jadi anggota parpol hanya sebagai tanda remi Kaesang masuk gelanggang politik.

Saat ini, PSI berfokus untuk menyiapkan kendaraan politik bagi putra bungsu Jokowi itu. Pasalnya, kata Icuk, butuh setidaknya enam kursi di parlemen bagi PSI untuk bisa mencalonkan Kaesang.

"Tidak menutup kemungkinan kami akan bersafari politik bertemu dengan parpol lain untuk ikut sertakan mereka dalam pencalonan Kaesang ini," kata Icuk.

Icuk menilai, sudah ada beberapa partai yang mulai memberikan sinyal positif untuk mendukung Kaesang untuk maju jadi orang nomor satu di Depok, di antaranya Gerindra, PAN, Golkar, dan PKB.

"Tinggal lobi-lobi politik saja kan ini. Itu tugas kami siapkan kendaraan dan koalisinya untuk supaya bisa jalan betul-betul untuk memajukan kota depok," tutur Icuk.

Kalkulasi politik

Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai PSI mencoba menangkap momentum Pilkada 2024 untuk menyorong Kaesang yang notabene anak presiden.

Menurut Arif, sorongan PSI pada Kaesang tidak lepas dari kalkulasi politik, baik itu secara probabilitas kemenangan maupun strategi partai melakukan branding untuk mendompleng popularitas.

"Saya kira dua hal itu yang melatarbelakangi kenapa menyorong nama Kaesang," ucap Arif.

Selain itu, Arif juga melihat wacana pengusungan Kaesang ini sebagai momentum cek ombak. Apabila ini ditangkap oleh pendukung Kaesang maka akan menjadi keseriusan politik.

"Apabila direspons publik secara luas serta dapat dukungan masif, saya kira momentum itu akan diambil Kaesang untuk maju dalam Pilkada Kota Depok," kata Kaesang.

Selain itu, Arif melihat kepemimpinan anak muda itu akan dilihat memilik karakter yang progresif. Namun, kata dia, yang akan menjadi tantangannya adalah mereka biasanya minim pengalaman.

Namun, apabila melihat dari sisi demografi penduduk Indonesia itu didominasi oleh generasi Z dan milenial. Bahkan pada 2024, pemilih milenial diperkirakan sebanyak 60 persen.

"Sehingga ketika seorang pemimpin masih muda tentu dia akan memahami masyarakat milenial, di sisi lain dia bisa menjawab tantangan dan perubahan zaman," tutur Arif.

Pilkada Depok 2020 memang dimenangkan oleh kelompok Golput. Namun, Arif melihat ada dua karakteristik golput di sana, yaitu kelompok apatisme dan kelompok yang kritik pada sistem pemerintahan selama ini.

"Jika golputnya sebagai bentuk kritik terhada pemerintah, itu menjadi peluang Kaesang untuk meyakinkan melalui program dan kampanye yang bisa ajak pemilih kelompok ini," ucap Arif.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/01/10302681/haruskah-kaesang-maju-jadi-wali-kota-depok

Terkini Lainnya

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke