JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks kualitas udara di Jakarta dalam empat hari terakhir masuk kategori tidak sehat. Berdasarkan data IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta tercatat 129 AQ US pada Jumat (2/6/2022), pukul 16.00 WIB.
Kondisi ini patut diwaspadai karena membawa dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada saluran pernapasan.
Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto memaparkan sejumlah risiko penyakit yang dapat timbul, baik dalam jangka waktu dekat maupun jangka panjang bila seseorang terpapar polutan terus-menerus.
"Sebagian besar yang dirasakan itu dampak langsung yang sifatnya akut dan jangka pendek, seperti keluhan hidung berair, sakit tenggorokan, kemudian batuk-batuk, tenggorokan terasa gatal," ucap dokter Agus saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (2/6/2023).
Gangguan kesehatan ini, kata dia, terjadi akibat polutan yang terhirup lalu menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan.
"Nah, polutan yang terhirup masuk bersifat polutan iritatif atau iritan, dan itu menyebabkan iritasi dari mukosa saluran napas atas, saluran napas tengah sampai saluran napas bawah," ujar dia.
Polutan yang terhirup dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jangka pendek yang sifatnya iritatif berupa batuk, sakit tenggorokan, hidung berair, hingga tenggorokan berdahak.
Namun, pada kalangan tertentu yang juga memiliki penyakit lain, dampaknya bisa lebih berat.
"Misalnya dia punya asma, punya penyakit paru kronik, punya penyakit jantung, maka akan timbul keluhan pernapasan berat yang menyebabkan terjadinya serangan atau di dalam istilah kedokterannya eksaserbasi (perburukan gejala pernapasan akut)," papar dokter Agus.
Ia juga memaparkan, salah satu faktor utama penyebab terjadinya gangguan pernapasan ialah komponen partikel dalam polutan, yang terhirup manusia.
"Semakin kecil ukuran partikel, semakin menyebabkan iritasi saat masuk ke dalam saluran napas bawah sampai ke paru," jelas dokter Agus.
Misalnya, tambah dia, polutan PM 2.5 atau polutan yang berukuran 2,5 mikrometer yang saat ini paling banyak ditemukan dalam polusi udara.
"PM 2.5 itu bisa masuk sampai ke paru sampai alveoli, bahkan dia bisa masuk ke dalam darah, dan disinyalir saat ini partikel itu sebagai salah satu partikel paling bahaya dari polutan," terang dokter Agus.
Lebih lanjut dokter Agus menjelaskan, jika partikel PM 2.5 terhirup dalam jumlah banyak, hal ini dapat menyebabkan peradangan kronik dari sistem vaskular (pembuluh darah) tubuh yang mengidentifikasikan potensi polutan tersebut.
"Bisa meningkat risiko penyakit jantung sampai stroke, karena polutan yang ukurannya sangat halus itu masuk dalam darah, terdistribusi di tubuh dan berisiko meningkatkan penyempitan pembuluh darah pada jantung," ungkap dia lagi.
Sehingga secara keseluruhan, dampak polutan tidak hanya terkait dengan paru dan pernapasan, melainkan juga berhubungan dengan sistem kardiovaskular, penyakit jantung dan pembuluh darah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/02/17161091/kualitas-udara-jakarta-mengkhawatirkan-penyakit-pernapasan-pun-mengintai
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.