Sebab, lingkungan tempatnya tinggal itu sering terjadi tawuran sehingga membuatnya merasa resah dan gelisah.
"Pingin sih ke Cakung atau Kota Bekasi, cuma masih ada kendala," ungkap dia di lokasi yang dikenal dengan Gang Mayong, Kamis (8/6/2023).
Junaedi menuturkan, kendalanya terletak pada perekonomiannya yang kurang mencukupi untuk pindah rumah.
Lebih lanjut, lokasi rumahnya dianggap cukup strategis karena letaknya berdekatan dengan beberapa sekolahan dan pasar.
"Rumah sakit juga dekat, ke Polsek Jatinegara dan Polres Jakarta Timur juga dekat. Tempat hiburan kayak mal juga banyak pilihan," terang Junaedi.
"Lokasi ini tergolong strategis. Ini yang jadi pertimbangan lainnya buat tetap tinggal di sini walau suka ada tawuran," sambung dia.
Sebagai informasi, sebagian besar orang lebih mengenal Jalan Bekasi Timur IV sebagai Gang Mayong.
Mayong sebenarnya adalah nama salah satu gang di RW 07, dekat Jalan Bekasi Timur IV.
Namun, tawuran sering terjadi di jalanan itu antara warga Gang Mayong dari RW 07 dan warga dari RW 08. Akhirnya kawasan tersebut sering dilabeli Gang Mayong.
Tawuran besar terbaru terjadi pada 20-21 Mei lalu. Tawuran pertama terjadi pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Pemuda RW 07 disebut menyerang pemuda RW 08.
Dua orang mengalami luka serius akibat disabet senjata tajam sehingga harus dirawat intensif di Rumah Sakit Persahabatan.
Kemudian, tawuran berlanjut pada Minggu pukul 16.00 WIB. Aksi tersebut menyebabkan terbakarnya kendaraan roda dua dan sangkar burung.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/06/09/19003431/dilema-warga-gang-mayong-tinggal-di-daerah-rawan-tawuran-tetapi-strategis