Sebab, Fajar yang kini merupakan atlet tunanetra cabang olahraga (cabor) renang asal Jakarta Timur, justru dulunya tidak bisa berenang.
"Awal belajar berenang itu tahun 2014, pas usia saya 12 tahun, karena bermula dari rasa penasaran," ucap dia di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Senin (10/7/2023).
Rasa penasaran membuat Fajar mengikuti ekstrakurikuler di Panti Sosial Bina Netra (PSBN). Pelatihnya juga berasal dari panti sosial tersebut.
Selama belajar berenang, Fajar mengaku kesulitan karena ia sudah menjadi seorang tunanetra sejak lahir.
Fajar juga khawatir karena ia tidak mengetahui bagaimana rasanya mengapung di air.
Namun, kondisi itu justru membuat Fajar menjadi lebih bersemangat. Pelatih Fajar juga tidak pernah putus asa dalam mengajari dirinya.
Akhirnya, berenang menjadi salah satu olahraga kesukaannya.
"Alhamdulillah, namanya juga sudah rezeki, jadi berhasil masuk ke tim kontingen sampai ke Indonesia," ucap Fajar.
"Cuma ya adaptasinya, diajari menyelam lalu diajari gaya renang, sangat lama juga. Tapi waktu itu, tahun 2017, saya dibawa untuk kompetisi di Solo, Jawa Tengah," lanjut dia.
Sebelum berangkat ke Solo pada 2017, keterampilan Fajar dalam berenang sempat ditunjukkan di depan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) DKI Jakarta.
Lantaran dinilai bagus, Fajar pun diberangkatkan ke Solo pada tahun selanjutnya. Adapun kompetisi yang dimaksud adalah Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) VII.
Pada kompetisi pertamanya, Fajar berhasil meraih satu medali emas dalam cabor renang 200 meter gaya bebas.
Fajar kembali mengikuti kejuaraan lainnya, sampai akhirnya ia berhasil membawa pulang medali emas di ASEAN Para Games 2023.
Fajar mendapat medali emas saat berkompetisi dalam cabor renang 4x100 meter gaya IM estafet.
"Targetnya, cita-cita saya, pengin mengikuti kejuaraan yang lebih tinggi, di Paralimpiade. Semoga bisa sampai di situ," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/10/16403181/kisah-atlet-fajar-tri-hadi-awalnya-penasaran-belajar-berenang-kini-raih