Suara Maemanah bergetar ketika kembali mengingat detik-detik putra semata wayangnya, Afriyanto (30), mengembuskan napas terakhir.
Maemanah mengaku, berpulangnya Afriyanto menjadi pukulan besar bagi dirinya.
"Saya sangat terpukul. Saya enggak bisa tidur. Saya cuma hidup berdua doang (dengan Afriyanto), ya pokoknya enggak bisa bayanginnya," ungkap Maemanah saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Senin (10/7/2023).
Di mata Maemanah, anaknya itu merupakan sosok yang rajin bekerja. Afriyanto beberapa kali berganti profesi, mulai dari berjualan sayur hingga mengojek.
"Ya namanya anak kadang-kadang ada ngeselinnya. Tetapi pas kehilangan begini, tetap yang kebayang kebaikannya saja," kata dia.
Ia menyampaikan, anaknya itu meninggal dunia karena sesak napas usai terlalu banyak menghirup gas karbon dioksida dari asap kebakaran.
Sebelum berpulang, Afriyanto sempat berjibaku dengan warga lain untuk memadamkan si jago merah.
"Menurut teman-temannya sempat jatuh, tetapi dia bangun lagi. Terus dia sempat ngoceh-ngoceh karena pemadam terlambat datangnya," papar Maemanah.
Ketika insiden terjadi, lanjut dia, korban bergegas memadamkan api yang berkobar di area belakang rumahnya.
Maemanah sendiri tak menyangka bahwa si jago merah juga melalap rumah lantai dua yang dihuninya selama puluhan tahun.
Air mata Maemanah seketika berlinang ketika ia menceritakan kondisi sang putra saat peristiwa nahas itu terjadi.
"Ini (korban) menolong yang di belakang. Ibu sudah (ngungsi) di sekolahan kan singgahnya. Dalam hati saya kok enggak enak banget perasaan, namanya anak kan," tutur dia.
Kala itu Maemunah mendengar sang putra pingsan di lokasi kejadian sekitar pukul 22.00 WIB.
Korban kemudian dibawa ke posko pengungsian di Kompleks SDN Duri Utara 1-6. Afriyanto juga sempat memuntahkan cairan berwarna hitam.
"Belakang tubuhnya pada luka karena kena reruntuhan itu. Dia langsung (mengatakan), 'Mama sudah enggak usah ke mana-mana di sekolahan aja. Afri enggak apa-apa di sini'," ucap Maemanah menirukan perkataan Afriyanto.
Setelah itu, tak ada lagi komunikasi antara Maemanah dengan Afriyanto. Terakhir, Maemanah hanya mengetahui bahwa anaknya meminta tetangga untuk menjaga dirinya.
"Memang dia bilang, 'Mama gue mana, mama gue tolongin, tolongin mama gue ya', dia sempat ingat ke saya," sebut Maemanah.
Kini, percakapan terakhir itu menjadi ingatan terakhir Maemanah bersama sang anak. Jenazah Afriyanto pun telah disemayamkan di TPU Tegalluar.
Sebelumnya, Kapolsek Tambora Kompol Putra Pratama mengatakan kebakaran menyebabkan satu orang tewas, yakni Afriyanto.
Afriyanto disebut menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa ke puskesmas.
"Korban saat itu mengalami sesak napas (saat kebakaran terjadi). Dia lantas dilarikan ke Puskesmas Tambora untuk mendapat pertolongan, tetapi nyawanya sudah tak tertolong dalam perjalanan," kata Putra saat dikonfirmasi, Minggu (9/7/2023).
Selain korban tewas, ada dua korban yang mengalami luka-luka. Salah satunya Adit (24), petugas PPSU Kelurahan Pasar Baru yang mengalami luka bakar di bagian telapak kaki.
Korban berikutnya yakni Ketua RT 002 bernama Abi Sudrajat. Abi menderita luka sobek akibat pecahan kaca.
Adapun kebakaran terjadi di Jalan Duri Utara, Gang Lontar, RW 05 dan RW 07 sekitar pukul 18.00 WIB. Kebakaran ini diduga akibat korsleting.
Putra menyebutkan, dari data sementara, kebakaran setidaknya menghanguskan 94 rumah, 152 KK terdampak dengan total 537 jiwa.
"Hampir empat jam proses pemadaman oleh 26 unit mobil pemadam kebakaran dan 150 personel damkar," jelas Putra.
Sejauh ini, warga yang terdampak mengungsi di posko Kompleks SDN Duri Utara 1-6.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/10/19593721/anak-semata-wayangnya-tewas-dalam-kebakaran-di-tambora-maemanah-saya