F (38) selaku ibu P mengatakan, P tidak mengikuti PPDB jalur zonasi karena rumah mereka cukup jauh dari sekolah pilihannya atau masuk zona prioritas ketiga.
"Di jalur zonasi, pilihan SMA negerinya sedikit dan enggak bisa ke mana-mana," kata F di kediamannya, Duren Sawit, Selasa (18/7/2023).
Sebagai informasi, seleksi dalam jalur zonasi menggunakan tiga zona prioritas.
Zona prioritas pertama untuk calon peserta didik baru (CPDB) yang berdomisili di RT yang sama dengan RT lokasi sekolah.
Zona ini juga diperuntukkan bagi CPDB yang berdomisili di RT yang berbatasan langsung atau bersinggungan dengan RT lokasi sekolah.
Kemudian, zona prioritas kedua diperuntukkan bagi CPDB yang berdomisili di RT sekitar sekolah berdasarkan pemetaan.
Sementara itu, zona prioritas ketiga untuk CPDB yang berdomisili sama dan/atau berdekatan dengan sekolah.
"Pertimbangan lainnya itu umur. Umur P waktu itu enggak masuk karena 14 tahun 11 bulan. Karena zonasi pilihannya sudah sedikit dan anak pasti kalah secara usia, jadi pakai jalur prestasi," jelas F.
"Pertimbangannya, harus berjuang mati-matian di jalur prestasi akademik," sambung dia.
F menjelaskan, dalam PPDB jalur prestasi, ada sejumlah hal yang disiapkan untuk menghasilkan nilai akhir yang tinggi.
Rinciannya, nilai rapor yang dimasukkan ke dalam Sistem Pendataan Nilai Rapor (Sidanira), kepengurusan dalam OSIS dan ekstrakurikuler, serta keikutsertaan dalam lomba yang diakui pemerintah seperti FLS2N.
Adapun nilai yang dimasukkan ke Sidanira mencakup lima mata pelajaran, yakni IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PPKN, dan Matematika.
"Sidanira adalah nilai yang murni diambil dari lima mata pelajaran itu. Nilai akhir itu gabungan dari nilai Sidanira, kepengurusan OSIS dan ekskul, dan lomba," jelas F.
"Lombanya harus yang diakui pemerintah. Kalau lomba biasa, tapi dapat peringkat satu, enggak begitu ngaruh. Untuk P, nilai akhir hanya dari nilai Sidanira dan kepengurusan ekskul saja," sambung dia.
F menuturkan, anaknya baru didaftarkan ke salah satu sekolah pada hari kedua PPDB, yakni 13 Juni 2023.
F mengatakan, hari pertama PPDB pada 12 Juni dimanfaatkan untuk memantau nilai akhir di beberapa sekolah.
Saat memeriksa beberapa sekolahan yang diincar, F melihat peringkat anak-anak sepantar P yang memiliki nilai serupa kian menurun.
Mereka pun tergeser oleh anak-anak yang nilainya lebih tinggi. Dengan kata lain, P pun tidak akan bisa masuk ke sejumlah sekolah tersebut jika nekat mendaftar.
"Cek di sekolah ini dan itu enggak masuk, nangis anak saya," ungkap F.
Pada 13 Juni, F mencoba memasukkan anaknya ke salah satu SMA pilihan P. Sepanjang hari, posisi P masih aman sampai akhirnya tergeser pada 14 Juni sekitar pukul 05.00 WIB.
"Akhirnya, hari ketiga (14/7/2023) masukin P ke SMA lain. Aman, enggak tergeser," kata F.
Pada 15 Juni, anaknya mendapat pengumuman bahwa ia berhasil masuk di SMA tersebut dan diberi instruksi untuk melakukan lapor diri.
Selanjutnya, pihak sekolah menghubungi P terkait kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dan keperluan lainnya berkait kegiatan pembelajaran.
"Masuknya sudah dari tanggal 12 Juli. Mulai memasuki jadwal belajar seperti biasa tanggal 17 Juli kemarin," F berujar.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/20/09184041/siswi-di-duren-sawit-pilih-ikut-ppdb-jalur-prestasi-akademik-ketimbang