Salin Artikel

4.791 Siswa di Jabar Dicoret Dari PPDB Zonasi, Diduga Curang Hingga Manipulasi Data

BOGOR, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan, pihaknya telah menganulir atau membatalkan 4.791 nama siswa yang disinyalir curang memanipulasi data dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) sistem zonasi untuk jenjang sekolah menengah atas (SMA).

Emil, sapaan akrabnya mengatakan, data tersebut kemungkinan akan terus bertambah apabila ditemukan lagi kecurangan-kecurangan.

"4.791 peserta PPDB sudah saya batalkan di jenjang SMA dan berproses ada tambahan lagi jika ditemukan ada pelanggaran atau domisili yang tidak semestinya. Tetapi sudah sebanyak itu yang kami batalkan," ungkap Emil, di Bogor, Jumat (21/7/2023).

Emil telah melakukan evaluasi atas polemik yang terjadi selama proses PPDB sistem zonasi.

Ia juga telah menyampaikan hasil laporan kecurangan tersebut kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

"Saya sampaikan ke Mendikbud untuk melakukan evaluasi-evaluasi supaya tahun depan tidak ada lagi drama-drama yang melelahkan seperti yang kita lihat sekarang," sebutnya.

Menurutnya, proses penerimaan peserta didik untuk jenjang SMA seharusnya dikembalikan kepada pemerintah daerah tingkat kota/kabupaten agar persoalan-persoalan yang terjadi bisa langsung diselesaikan.

"Implementasi memang di era otonomi daerah itu harusnya lebih baik. Bahkan saya dulu waktu jadi wali kota, SMA diurusnya oleh wali kota. Sekarang oleh aturan harus ke provinsi, tetapi dulu bisa lebih dekat kalau oleh kota/kabupaten," bebernya.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, jumlah peserta PPDB jenjang SMA yang paling banyak didiskualifikasi terjadi di Kantor Cabang Dinas (KCD) Kabupaten Bogor sebanyak 1.635 siswa.

KCD Kabupaten Bekasi 589 siswa, KCD Kota Bekasi 307 siswa, dan KCD 8 Kabupaten Bandung sebanyak 410 siswa.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa masalah lapangan terkait PPDB 2023 terjadi hampir di seluruh daerah.

Hal itu diungkap Kepala Negara setelah meresmikan jalan tol ruas Bengkulu-Taba Penanjung, Kamis (20/7/2023).

Jokowi meminta kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk menyelesaikan masalah PPDB tersebut secara baik-baik.

Ia juga meminta pemerintah memastikan anak-anak Indonesia berkesempatan mendapatkan pendidikan di sekolah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/22/09185521/4791-siswa-di-jabar-dicoret-dari-ppdb-zonasi-diduga-curang-hingga

Terkini Lainnya

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke