Hal itu disampaikan oleh dokter jaga RSUD Bantargebang Nanang Agung Permadi yang memberikan kesaksian dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Kota Bekasi, Selasa (25/7/2023).
Nanang mengatakan, ia menangani tiga dari lima pasien yang diantar ke IGD. Saat itu, Nanang belum mengetahui identitas mereka. Nanang hanya menebak usia dari perawakan ketiga pasiennya.
"(Yang perempuan berusia) 30-40 tahunan, karena waktu itu enggak ada identitas. (Yang remaja) jumlah dua orang," ujar Nanang saat ditanya Hakim Ketua Suparna dalam persidangan.
Nanang lalu menjelaskan kondisi ketiga pasien yang ditanganinya. Semua pasien tiba dalam kondisi kehilangan kesadaran.
Mulut ketiga korban mengeluarkan busa dan pernapasannya di luar batas normal.
"Yang pertama kan perempuan, dia kehilangan kesadaran, napasnya cepat, mulutnya berbusa. Yang cowok juga begitu, kondisinya hidup, cuma benar-benar menurun (tingkat kesadarannya)," papar Nanang.
Lebih lanjut, Nanang menyebutkan, satu korban remaja meninggal dunia tak lama setelah tiba di rumah sakit.
"Yang remaja satu lagi juga tiba-tiba henti napas dan jantung, lalu meninggal (setelah) dua jam (mendapat perawatan). Yang perempuan masih hidup, cuma kritis," ujar dia.
Sebagai informasi, dalam sidang perdana pada Selasa (4/7/2023), Jaksa Omar Syarif Hidayat telah membacakan dakwaan terhadap tiga terdakwa, yakni Wowon, M Dede Solehudin (35), dan Solihin alias Duloh (64).
Tiga terdakwa didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Ai Maimunah (40), Ridwan Abdul Muiz (23), dan Muhammad Riswandi (17).
Diketahui, pembunuhan berantai ini terungkap setelah satu keluarga ditemukan tergeletak lemas di rumah kontrakan daerah Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi.
Para korban diracun karena mengetahui penipuan dan pembunuhan yang sebelumnya dilakukan Wowon, Dede, dan Solihin di Cianjur.
Dalam aksinya, para pelaku mencampurkan pestisida dan racun tikus ke dalam kopi. Tiga korban tewas akibat mengonsumsi kopi beracun itu, yakni Ai Maimunah, Ridwan Abdul Muiz, dan Muhammad Riswandi.
Ai Maimunah merupakan istri Wowon, sedangkan dua korban tewas lain adalah anak Ai Maimunah dengan mantan suaminya.
Sementara itu, satu korban berinisial NR (5) yang sempat kritis adalah anak kandung Wowon dan Ai Maimunah. NR selamat karena hanya menyesap sedikit kopi beracun.
Saat menyelidiki korban yang keracunan itulah, polisi menemukan fakta bahwa pelaku adalah komplotan pembunuh berantai yang melakukan penipuan dan pembunuhan.
Pelaku menipu para korban dengan modus mengaku memiliki kemampuan supranatural untuk memberikan kesuksesan dan kekayaan, serta menggandakan uang.
Para korban yang telah menyerahkan sejumlah uang kepada pelaku, kemudian menagih janji kesuksesan dan kekayaan tersebut. Saat itulah para korban dihabisi.
Dari penelusuran penyidik, terdapat lima korban yang tewas dibunuh di Cianjur, yakni Halimah, Noneng, Wiwin, Bayu (2), dan Farida.
Kemudian, terdapat satu korban lain bernama Siti yang dikubur di Garut, Jawa Barat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/25/15223881/kondisi-korban-yang-diracun-wowon-dkk-saat-tiba-di-rs-mulut-berbusa-dan