Salin Artikel

Keluh Kesah Mereka yang Jadi Korban Buruknya Kualitas Udara Jakarta...

JAKARTA, KOMPAS.com - Efek buruknya kualitas udara di Jakarta kini tiba di tahap yang mengkhawatirkan. Semua orang terdampak. Tak mengenal usia dan jenis kelamin, kesehatan warga di Jakarta pun kini terancam.

Arizal (41), adalah satu dari jutaan orang di Jakarta yang mengeluhkan kondisi buruknya udara yang ada. Pengemudi ojek online (ojol) itu bahkan menyadari bahwa kabut polusi di Jakarta terlalu tebal.

"Cuaca semakin panas. Pas lagi di jalan, selain panas, asapnya terlalu berkabut," kata Rizal saat ditemui Kompas.com di Jalan Dogon Raya, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (14/8/2023).

Kabut polusi yang tebal itu tak jarang membuat matanya perih ketika mengendarai sepeda motor.

Sebagai pekerja yang sehari-hari berada di luar ruangan, dirinya mengaku khawatir jika kondisi udara ini tidak menjadi perhatian serius bagi Pemerintah DKI Jakarta.

Sebelas dua belas dengan Arizal, warga lain yakni Ajeng Dwi Irmawati (29) juga merasakan hal serupa.

Warga Pondok Kopi, Jakarta Timur ikut resah karena polusi udara di DKI Jakarta yang kini kian memburuk.

Efek yang ditimbulkan akibat polusi udara Jakarta ikut dirasakan oleh Ajeng. Ia turut mengalami batuk ringan karena polusi udara yang terjadi.

Terlebih, keadaan itu ia rasakan ketika sedang berangkat kerja mengendarai sepeda motor.

"Saya juga alamin sih, soalnya juga saya kerja jauh, di Padurenan, Bekasi. Rasain juga debunya kaya gimana, mata perih kena debu, sudah pakai kacamata. Kadang sesak, karena polusi terlalu tebal," ucap dia.

Lebih jauh, wanita itu menuturkan, kedua anaknya jadi gampang terkena penyakit, karena polusi yang belakangan ini terjadi.

"Ngaruh juga ke anak-anak. Udaranya dari polusi, jadi anak-anak bisa cepat demam. Batuk pilek lagi musim banget," jelas Ajeng.

"Anak-anak pada sakit, batuk pilek satu keluarga, pada gantian. Itu yang lagi diderita," tutur dia lagi.

Terjadi kenaikan pasien bergejala ISPA

Kepala Satuan Pelaksana UKP Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, dr Farhannuddin menyebut ada kenaikan pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Meski tak signifikan, namun Farhan mengungkapkan ada kurang lebih 10 persen kenaikan pasien bergejala ISPA.

"Untuk kenaikan ISPA di bulan Juli 2023 kemarin, kurang lebih sekitar 10 persen dibandingkan dengan bulan Juni 2023," jelas Farhan.

Ia menuturkan, peningkatan itu terlihat dari banyaknya obat yang keluar di Puskesmas Duren Sawit.

Obat-obat tersebut merupakan obat yang memang biasa digunakan oleh pasien penderita ISPA.

"Kami lihat juga penggunaan obat-obat untuk symtomps. Obat symptoms itu kan obat keluhan gitu. Ya, obat-obat keluhan yakni obat batuk, itu penggunaannya sudah meningkat," kata Farhan.

"Nah, ini juga linear dengan penetapan diagnosa ISPA nya. Kalau kami lihat, penggunaan antibiotik dengan obat batuk itu sebanding dengan diagnosa ISPA," jelas dia.

Benahi macet dahulu, kendaraan listrik kemudian

Pemerintah sendiri tengah mencoba mencari jalan keluar menyelesaikan masalah polusi udara yang buruk, salah satunya dengan menggencarkan penggunaan kendaraan listrik. Namun, hal tersebut juga menuai kritik.

Ajeng menuturkan, penggunaan kendaraan listrik dianggap tidak tepat untuk mengatasi permasalahan kualitas udara.

Ia menilai, tak akan banyak warga yang mau berpindah ke kendaraan listrik dalam waktu singkat, segencar apa pun pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik.

Di saat bersamaan, ibu kota tetap akan macet dan kualitas udara akan tetap buruk.

"Macetnya dulu saja lah (dibenahi). Kalau masalah kendaraan listrik mah bisa nanti-nanti. Macetnya itu yang terutama," jelas Ajeng.

Selain mengatasi kemacetan dengan penyediaan transportasi umum, Ajeng menilai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menambah ruang-ruang terbuka hijau untuk membenahi masalah polusi udara.

"Taman terbuka itu sekarang sudah kurang banget. Polusinya juga mungkin akan berkurang kalau ada ruang terbuka," ucap Ajeng.

Serupa dengan Ajeng, warga lain yakni Hartono (34) juga menegaskan, penggunaan kendaraan listrik tidak efisien.

Pria yang bekerja sebagai kurir itu menilai, minimnya fasilitas untuk pelayanan kendaraan listrik justru akan menyulitkan orang-orang yang berprofesi sama seperti dirinya.

"Kendaraan listrik, menurut saya sih enak juga, kurangi polusi juga. Cuma ya jarak tempuhnya juga kurang jauh. Sudah gitu, enggak bisa bawa barang berat. Masih banyak yang perlu diperbaiki. Masih belum efisien," jelas dia.

Menurut dia, penggunaan kendaraan listrik justru menambah suatu masalah baru ke masyarakat yang terpaksa harus membeli kendaraan baru.

"Untuk saat ini memang belum tahu biaya secara keseluruhan, tapi kalau untuk sekarang, mahalan biaya listrik kayaknya, karena kalau nanti pakai kendaraan listrik, mesti mikir (biaya) lagi," jelas Arizal.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/15/08001741/keluh-kesah-mereka-yang-jadi-korban-buruknya-kualitas-udara-jakarta

Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Megapolitan
12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

Megapolitan
Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Megapolitan
Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Megapolitan
BPBD DKI Siapkan Pompa 'Mobile' untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

BPBD DKI Siapkan Pompa "Mobile" untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

Megapolitan
Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Megapolitan
Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Megapolitan
Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Megapolitan
KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Megapolitan
KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

Megapolitan
Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Megapolitan
Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke