Salin Artikel

Efektivitas WFH ASN DKI Dipertanyakan, DLH: Itu Hal Kecil yang Diharapkan Berdampak

Namun, efektivitas kebijakan untuk mengurangi polusi dan kemacetan itu dipertanyakan. Sebab, Jakarta tetap macet dan kualitas udara masih buruk, meski sebagian ASN sudah WFH.

Menanggapi itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, kebijakan WFH bagi ASN bak parasetamol yang diharapkan bisa menurunkan tingkat polusi, tapi belum dapat menyelesaikan masalahnya.

"WFH itu juga bak parasetamol. Itu hal kecil yang kami harapkan dapat berdampak," kata Asep dalam konferensi pers secara daring, Kamis (24/8/2023).

Asep mengungkapkan, banyak pihak yang menanyakan seberapa besar dampak kebijakan WFH bagi ASN DKI terhadap perbaikan kualitas udara di Jakarta.

Dia pun mengakui, kebijakan ini tak berdampak banyak karena jumlah ASN DKI kalah banyak dibandingkan ASN kementerian/lembaga dan karyawan swasta yang tidak WFH.

"Jadi penerapan WFH Jakarta itu baru 21 Agustus, Senin kemarin. Selasa itu banyak yang tanya sama saya dampak pengaruhnya apa terhadap kondisi udara," ungkap dia.

"Saya sampaikan bahwa Pemda DKI itu ASN-nya ada sekitar 57.000 ASN Pemprov DKI dan sekali lagi, WFH itu hanya berlaku bagi ASN-nya DKI. Memang dengan perbandingan ASN DKI dengan ASN kementerian/lembaga mungkin itu masih sangat kecil-lah," sambung Asep.

Selain itu, polusi Jakarta juga disebabkan oleh sejumlah faktor lain, tak hanya kendaraan yang digunakan ASN.

Itulah sebabnya, kualitas udara Jakarta belum membaik jika dicek di situs pemantau kualitas udara.

"Saya sampaikan bahwa kita tidak bisa dengan pemberlakuan WFH baru 1-2 hari, maka dicek IQAir-nya kok masih tinggi. Karena memang penyebab emisi itu tidak hanya transportasi. Ada sektor lainnya, yaitu sektor industri," jelas Asep.

"Dan yang berkurang itu pun mungkin hanya kendaraannya ASN DKI yang setiap hari ke kantor. Tapi untuk pegawai kementerian, lembaga, swasta kan memang tidak diberlakukan WFH ini," tambah dia.

Maka itu, DLH mengimbau seluruh kementerian, lembaga, dan perusahaan swasta untuk mulai mengurangi jumlah pegawai yang bekerja dari kantor.

"Paling enggak dengan upaya kalau sehari berkurang 57.000 orang (ASN DKI yang WFH), ada 20-30 persennya. Ditambah dengan kementerian dan lembaga, kemudian ditambah lagi dengan sektor swasta, mudah-mudahan di Jakarta juga mobilitasnya semakin berkurang dan itu bisa mengurangi polusi yang ada di Jakarta," tutur Asep.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/25/06523581/efektivitas-wfh-asn-dki-dipertanyakan-dlh-itu-hal-kecil-yang-diharapkan

Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke