JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga oknum TNI berinisial Praka RM, Praka J, dan Praka HS, menculik dan menyiksa warga sipil asal Aceh bernama Imam Masykur (25).
Ketiganya kompak hendak memeras pria yang berprofesi sebagai penjual obat ilegal itu, lalu menyiksanya hingga tewas.
Kasus tewasnya Imam di tangan oknum TNI sempat viral di media sosial.
Komandan Paspampres Mayjen Rafael Granada pun mengakui satu personilnya terlibat dalam pembunuhan itu.
Ia menyebut, kasus itu sedang ditangani Polisi Militer Kodam Jayakarta (Pomdam Jaya).
"Pihak berwenang yaitu Pomdam Jaya sedang melaksanakan penyelidikan terhadap dugaan adanya keterlibatan anggota Paspampres dalam tindak pidana penganiayaan," ujar Rafael saat dikonfirmasi, Minggu (27/8/2023).
Mengaku polisi
Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengatakan, ketiga oknum TNI sudah mengetahui apabila Imam menjual obat-obatan.
Praka RM, J, dan HS akhirnya mengaku menjadi polisi sehingga bisa menculik dan memeras Imam.
"Ya dia sudah mengetahui kalo kelompok ini penjual obat-obatan itu, dan kalau dia diculik, diperas, dia cenderung tidak lapor dengan kepolisian," kata dia.
"Jadi pura-pura jadi polisi bodong, tangkap, terus meminta sejumlah uang buat ditebus," terang Irsyad.
Irsyad menilai, penculikan dan penyiksaan terhadap korban itu kelewatan sehingga menyebabkan korban tewas.
"Namun pelaksanaannya mungkin kelewatan sehingga menyebabkan meninggal itu aja simpel," papar dia.
Pelaku dari satuan berbeda
Irsyad mengatakan, pelaku diketahui berasal dari satuan yang berbeda-beda.
"(Tiga pelaku) TNI semua, yang dari Paspampres satu orang," ujar Irsyad.
Pelaku yang berasal dari Paspampres diketahui bernama Praka RM.
Sehari-hari, ia bertugas sebagai anggota Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan.
Irsyad memastikan bahwa Praka RM bukan termasuk anggota yang sehari-hari menjaga Presiden atau Wakil Presiden.
Sedangkan pelaku selanjutnya, yakni Praka HS. Sehari-hari bertugas sebagai anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat.
"Nah, (pelaku) yang satu lagi (Praka J) adalah anggota Kodam IM (Iskandar Muda) yang kebetulan sedang ada di Jakarta," ujar Irsyad.
Kini, ketiganya telah diamankan di POM Kodam Jaya dan sedang diperiksa intensif.
Sejauh ini, lanjut Irsyad, para pelaku diduga kuat telah membunuh Imam Masykur dan membuang mayatnya di sebuah sungai di daerah Karawang, Jawa Barat.
Irsyad mengatakan, tiga orang itu diamankan di satuannya masing-masing pada 23 Agustus 2023.
"Kalau kami sistemnya tidak ditangkap. kami datang ke satuannya lalu diambil," kata Irsyad.
Cara penyidik lacak pelaku
Menurut Irsyad, jasad korban dibuang oleh oknum pelaku TNI ini di Waduk kawasan Purwakarta, Jawa Barat.
Kemudian, jasad korban hanyut sampai ke Karawang.
"Tanggal 15 Agustus ketemu di sungai di daerah Karawang," jelas dia.
Menurut Irsyad, penyidik dapat mengetahui identitas pelaku setelah melakukan pelacakan melalui telepon seluler milik korban yang telah dijual Praka RM.
"Jadi, singkat ceritanya begini. Ada handphone korban yang diambil salah satu pelaku RM kemudian dijual," kata Irsyad.
Pomdam Jaya diketahui bekerja sama dengan Polda Metro Jaya untuk melakukan pelacakan ponsel korban.
"Kami kerja sama bersama kepolisian polda metro jaya untuk melacak handphone nomor itu, kemudian dapat. Kemudian ya sudah ketemu dilacak, dapat lah itu," jelas Irsyad.
Korban dibuang di Waduk Purwakarta.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/29/09374621/akal-akalan-3-oknum-tni-nyamar-jadi-polisi-lalu-peras-dan-siksa-warga