Ia mengatakan, saat itu banyak bunyi suara ambulans dan polisi yang mondar-mandir.
"Itu ambulans lewat, mobil polisi, brimob. Sirene-sirene yang sangat mencekam malam itu," jelas Euis kepada wartawan, Kamis malam.
Euis bercerita, bentrokan terjadi sejak Rabu sore. Namun, ia mengira bentrokan selesai malam harinya.
Karena itu, ia bersama tiga anak dan suaminya berangkat ke sebuah restoran cepat saji.
Namun, tak lama beberapa lama setelah Euis dan keluarganya makan di sana, bentrokan kembali terjadi.
"Tiba-tiba di luar ada kemacetan luar biasa di situ. Kami tahu sebelumnya kalau bentrokan itu sudah terjadi sore hari di pertigaan Setu. Dipikir kami sudah selesai, tahunya mereka melanjutkan," jelas Euis.
"Nah dari situ, kami sama pengunjung yang lain, akhirnya berinisiatif enggak boleh keluar. Walaupun sudah selesai makan, ya kami di dalam," imbuh dia.
Situasi yang mencekam membuat perempuan dan anak-anak diminta untuk masuk ke ruangan yang lebih aman. Sementara itu para pria berjaga dan sesekali ke luar untuk memantau situasi.
Tak berselang lama, para pria masuk ke dalam karena mata mereka perih akibat gas air mata.
"Sejak di situ memang sudah tercium juga ke dalam. Sudah tercium, sesak juga di situ," tutur dia.
Euis mengatakan, efek gas air mata itu pun juga dirasakan anak-anak di dalam restoran itu.
"Saya pribadi merasakan, suami, anak-anak juga merasakan adanya gas air mata," imbuh Euis.
Setelah kurang lebih satu jam di dalam dan situasi mulai kondusif, ia memutuskan untuk pulang.
Adapun bentrokan ormas pecah di Jalan Raya Setu-Bantargebang, Kota Bekasi, pada Rabu malam.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Twedi Aditya Bennyahdi mengungkapkan, bentrokan bermula ketika ada leasing yang hendak menarik kendaraan di wilayah Setu, Kabupaten Bekasi.
"Awalnya antara pihak leasing dengan pemegang unit kendaraan. Kemudian, pemegang unit kendaraan ini memanggil ormas (ormas A dan B)," ucap Twedi di lokasi, Rabu malam.
"Kemudian ternyata satu dari pihak leasing ini merupakan teman dari anggota ormas lainnya (ormas C)," tambah Twedi.
Mediasi soal penarikan kendaraan itu sempat dilakukan di Polsek Setu. Namun, pemegang unit mobil Innova yang mau diambil, tetap tidak terima.
Situasi memanas dan bentrokan pecah pada pukul 17.30 WIB. Meski begitu, bentrokan di wilayah hukum Kabupaten Bekasi itu sempat terhenti.
"Sampai pukul 18.00 WIB, pihak-pihak ormas membubarkan diri," imbuh Twedi.
Tak berselang lama, bentrokan kembali pecah dan berlanjut ke wilayah hukum Polres Metro Bekasi Kota.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Dani Hamdani menyebutkan, satu orang berinisial A (30) tewas akibat bentrokan. Selain itu, pihaknya juga menangkap 39 orang buntut bentrokan yang terjadi.
"Ada 39 orang yang masih dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak reskrim," jelas Dani, Kamis (21/9/2023) pagi.
Catatan Redaksi:
Kompas.com telah menyamarkan nama-nama ormas ini untuk kepentingan kondusivitas situasi. Nama-nama ormas kami buatkan inisial umum yang tak mengacu pada singkatan nama ormas.
Inisial ormas A dan ormas B adalah inisial ormas yang membela pemegang kendaraan, sedangkan ormas C adalah inisial untuk ormas di pihak leasing.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/21/20513631/kesaksian-warga-saat-bentrokan-ormas-pecah-di-bekasi-mencekam-dan-ada