Kepala Seksi Humas Polres Metro Bekasi Kota Kompol Erna Ruswing menyampaikan, sebelumnya polisi telah menangkap 39 orang yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Tetapi, 36 di antaranya hanya dikenakan wajib lapor.
"Sisanya (36 orang) dipulangkan. Iya, (dikenai) wajib lapor," kata Erna saat dikonfirmasi, Jumat (22/9/2023).
Erna menjelaskan bahwa tiga orang ditetapkan sebagai tersangka lantaran melakukan kekerasan, hingga menyebabkan korban tewas.
Untuk diketahui, dalam peristiwa mencekam itu, satu orang berinisial A (30) dinyatakan tewas.
"Tiga (tersangka) memang ada terlibat, AC itu menginjak, NA memukul pakai bambu, menginjak juga. FR memukul, menendang, menginjak sama batu," ujar Erna.
Akibat dikeroyok, korban tewas di lokasi kejadian, tepatnya Jalan Raya Bantargebang.
"(Korban) enggak terlibat (bentrokan), dia dari arah Setu, tinggal di Babelan. Luka kepala atas, mata kanan berdarah, rahang patah, (korban) tewas di tempat," kata Erna.
Ia mengungkapkan, rumahnya yang berada di Dukuh Zamrud, Mustikajaya, Kota Bekasi, hanya berjarak 500 meter dari lokasi bentrokan ormas.
"Kebetulan yang menemukan orang rumah, jadi ketika lagi mau bereskan kamar adik saya. Orang rumah menemukan ada besi di lantai," kata Naufal.
Kala itu, ia pun curiga dengan benda mencurigakan tersebut. Alhasil, penghuni rumah yang menemukan peluru nyasar itu langsung menghubunginya.
Naufal lantas mencari informasi terkait benda mencurigakan itu melalui mensin pencarian Google. Hasil pencariannya, benda tersebut mirip sebutir peluru.
"Saya sempat cek di Google, bentuk pelurunya dan memang mirip," ujarnya.
Naufal menduga benda mirip peluru tersebut dilepaskan ke arah ke atas, lalu menukik ke bawah dan jatuh di rumahnya.
"(Kayaknya) jatuh dari atap, seperti yang ada di video. Mungkin ketika ditembakkan ke arah atas, jadi peluru menukik ke bawah dan masuk lewat atap rumah," kata Naufal.
Kendati demikian, Naufal belum dapat memastikan apakah benda diduga peluru itu memang berasal dari bentrokan ormas atau bukan. Sehingga, ia memilih untuk melaporkan temuan peluru kepada polisi.
Polisi bantah pakai senpi dan gas air mata
Di sisi lain, Erna membantah bahwa aparat menggunakan senjata api (senpi) untuk membubarkan massa.
"Tidak ada tembakan sama sekali, kami (melakukan) tindakan keras mau nembak siapa? Tidak ada peluru nyasar," kata Erna.
Ia juga membantah pihaknya menembakkan gas air mata untuk menenangkan kelompok-kelompok ormas yang bentrok.
Dihubungi secara terpisah, Kanit Reskrim Polsek Bantargebang AKP Sukarna mengaku belum menerima laporan soal dugaan peluru nyasar ke rumah warga.
"Kami selidiki dulu, belum ada (laporan resmi)," ujar Sukarna.
Awal mula bentrokan antar-ormas
Sebelumnya diberitakan, bentrokan antar-ormas di Bekasi dipicu oleh penarikan kendaraan yang cicilannya tertunggak.
Awalnya, kelompok ormas itu bentrok di wilayah Kabupaten Bekasi. Malam harinya, bentrokan kembali pecah di wilayah Kota Bekasi.
"Awalnya antara pihak leasing dengan pemegang unit kendaraan. Kemudian, pemegang unit kendaraan ini memanggil ormas (ormas A dan B)," kata Kapolres Metro Bekasi Kombes Twedi Aditya Bennyahdi.
"Kemudian, ternyata satu dari pihak leasing ini merupakan teman dari anggota ormas lainnya (ormas C)," ujarnya lagi.
Setelah mediasi di Polsek Setu, pemegang unit mobil Innova yang mau diambil tetap tidak terima. Akhirnya, situasi memanas dan bentrokan pecah pada pukul 17.30 WIB.
Aparat disebut menggunakan gas air mata untuk membubarkan kelompok yang bentrok. Hal ini dirasakan warga bernama Euis Puspita Awalia. Ia merasakan perihnya gas air mata yang ditembakkan polisi. Padahal, saat itu ia bersama tiga anak dan suaminya sedang berada di dalam sebuah restoran cepat saji.
"Sejak di situ memang sudah tercium juga ke dalam. Sudah tercium, sesak juga di situ," kata Euis pada Kamis (21/9/2023) malam.
Euis mengetahui bahwa bentrokan terjadi sejak Rabu sore. Tetapi, ia mengira bahwa pada malam hari situasi telah kondusif.
Oleh sebab itu, ia mengajak keluarganya untuk makan malam di restoran cepat saji. Akan tetapi, bentrokan ormas kembali terjadi. Ia bersama pelanggan lain akhirnya tertahan di dalam restoran.
"Kami sama pengunjung yang lain akhirnya berinisiatif enggak boleh keluar. Walaupun sudah selesai makan, ya kami di dalam," ujar Euis.
Situasi yang mencekam membuat perempuan dan anak-anak diminta untuk masuk ke ruangan yang lebih aman. Sementara para pria berjaga dan sesekali ke luar untuk memantau situasi.
"Saya pribadi merasakan, suami, anak-anak juga merasakan adanya gas air mata," kata Euis.
Setelah kurang lebih satu jam di dalam dan situasi dinyatakan aman, Euis bersama pelanggan lain memutuskan untuk pulang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/23/09490431/petaka-bentrokan-ormas-di-bekasi-3-jadi-tersangka-hingga-dugaan-peluru