Menurut Kepala Bidang Dukungan dan Layanan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta Taufik Alief Fuad, ada berbagai alasan ODHIV tak melanjutkan konsumsi Antiretroviral (ARV).
“Dari 80.000 baru 51 persen yang teratur. Sisanya, ada yang pindah, meninggal, lost to follow up atau pernah makan obat tapi enggak balik lagi,” kata Fuad saat diwawancarai Kompas.com di Kantor Dinas Sosial DKI, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (22/9/2023).
Sebagai contoh, seorang ODHIV mengonsumsi obat secara teratur hingga dua tahun, lalu berhenti dengan tidak datang ke puskesmas, klinik, atau unit kesehatan lainnya.
“Alasannya (tak datang lagi) macam-macam. Misal, sudah makan obat beberapa bulan, merasa segar, lalu berhenti minum obat. Atau, memilih obat herbal yang dianggap canggih,” tutur Fuad.
Padahal, obat ARV tak bekerja seperti itu. Fuad menyatakan, ODHIV tetap harus mengonsumsi ARV agar virus yang ada di dalam sistem tubuh tertekan hingga tak terdeteksi.
“Mau minum obat herbal silakan, tapi kalau meninggalkan ARV belum ada buktinya,” sambung dia.
Selain itu, alasan lain meliputi jarak yang jauh antara kediaman ODHIV dengan unit kesehatan sehingga ongkos dan waktu tempuh jadi pertimbangan.
Fuad berpendapat, hal itu seharusnya bukan menjadi masalah. Sebab, ODHIV dapat meminta obat untuk beberapa bulan di muka saat datang ke unit kesehatan terkait.
Selain itu, ada juga beberapa unit kesehatan yang menyediakan layanan pengantaran obat melalui jasa antar ojek online (ojol) daring.
“Bisa dikirim pakai Gojek. Pakai ongkos dia bisa, dari puskesmas juga kadang-kadang ada yang bantu sehingga dibantu ongkosnya. Ya, tapi pesannya jangan dari Jakarta ke Bekasi, jauh,” celetuk Fuad sambil tertawa.
Meski terdapat banyak faktor di balik ODHIV tidak melanjutkan pengobatan, Fuad mengimbau agar mereka tetap mengonsumsi ARV secara teratur.
“Cara menyikapi penyakit tuh tergantung diri dan pola pikir. Jadi kalau memang misalnya terinfeksi HIV, mungkin pada awal-awal wajar kita merasa, ‘Aduh kenapa gue?’,” tutur dia.
“Itu wajar. Sehari, dua hari, enggak apa. Satu tahun, dua tahun? Enggak bagus. Jadi (harus) move on, (lihat) ke depan. Obat ada, gratis. Fasilitas yang menyediakan obat di Jakarta juga banyak. Terima kenyataan itu, ambil obat, rajin makan obat, insya Allah ‘sembuh’,” imbuh Fuad.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/27/10323951/beragam-alasan-odhiv-tak-lanjutkan-pengobatan-salah-satunya-merasa-sudah