Salin Artikel

Dua Bulan ASN DKI WFH, Kemacetan Turun Tak Sampai 1 Persen

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah bagi aparatur sipil negara (ASN) di lingkup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diberlakukan sejak 21 Agustus, telah berakhir pada 21 Oktober lalu.

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, pihaknya telah melakukan evaluasi volume lalu lintas atau kemacetan selama WFH bagi ASN.

Hasilnya, selama penerapan WFH itu, kemacetan di Jakarta turun tak sampai 1 persen

"Volume lalu lintas selama penerapan WFH ASN Pemprov DKI 6.800.992. Turun 42.846 dari 6.843.838 kendaraan, atau 0,63 persen," ujar Syafrin dalam keterangannya, Selasa (24/10/2023).

Syafrin mengatakan, volume lalu lintas tertinggi terjadi pagi hari sekitar pukul 06.00-10.00 WIB.

Jumlah kendaraan mencapai 1.829.492, turun sekitar 26.483 kendaraan atau 1,48 persen.

"Untuk sore selama penerapan WFH ASN Pemprov DKI adalah sebesar 1.739.979 kendaraan per hari atau turun 0,46 persen. Sebelum penerapan WFH dengan rata-rata lalu lintas 1.748.020 kendaraan per hari," ucap Syafrin.

Sebagai informasi, WFH untuk ASN DKI diberlakukan sejak 21 Agustus sampai 21 Oktober 2023.

ASN DKI mendapat kesempatan WFH, kecuali ASN yang bekerja di sekolah, rumah sakit, dan bagian pelayanan publik.

Penerapan WFH bagi ASN itu bukan hanya untuk mengatasi persoalan polusi udara, melainkan juga kemacetan saat penyelenggaraan KTT ke-43 ASEAN tahun 2023 di Jakarta.

Kini, penerapan WFH bagi ASN telah berakhir. Semua ASN DKI kembali bekerja dari kantor masing-masing.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/24/18521231/dua-bulan-asn-dki-wfh-kemacetan-turun-tak-sampai-1-persen

Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke