Menurut Gidion, setalah mendapat teror bom melalui pesan Instagram, pengelola pusat perbelanjaan tersebut langsung melapor ke Polsek Koja.
"Jadi, Kapolsek dapat laporan ada ancaman bom. Kemudian, sesuai dengan SOP, kalau yang namanya ancaman, tetap (anggota kepolisian) didatangkan ke TKP," kata Gidion saat dihubungi Kompas.com, Kamis.
Sejumlah personel diterjunkan ke Koja Trade Mall untuk menyisir sudut demi sudut gedung tersebut.
Namun, pihak kepolisian tidak menemukan bom setelah mereka melakukan pemeriksaan.
"Sudah dilakukan pemeriksaan, dan nihil, tidak ada indikasi," ujar Gidion.
Menindaklanjuti hal tersebut, pihak kepolisian menelusuri pesan Instagram yang dimaksud.
Alhasil, polisi mengamankan enam siswa salah satu sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Utara.
"Ya, ada perempuan satu. Bukan semuanya pelaku, tapi kota amankan enam orang itu. Awalnya satu saja, si FA, tapi ya tidak ada indikasi," jelas Gidion.
Dalam pesan Instagram tersebut, Gidion mengungkapkan bahwa pelaku mengatasnamakan Noordin M Top.
Untuk diketahui, Noordin M Top merupakan gembong teroris yang bertanggung jawab atas berbagai aksi teror di Indonesia, yakni Bom Malam Natal 2000, Bom Marriot 2002, dan Bom Kedubes Australia 2004.
"Enam orang itu anak SMA. Mereka ternyata saling share di antara mereka yang isi ancaman tadi, yang mengatasnamakan Noordin M Top," ujar Gidion.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/02/17341211/kronologi-teror-bom-koja-trade-mall-pelaku-kirim-pesan-dan-mengaku