Macet parah di Jalan TB Simatupang tersebut imbas adanya sejumlah proyek galian dari lampu merah Ampera hingga putar arah kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.
Dengan adanya proyek tersebut para pengendara terpaksa berbagi ruas jalan dan kemacetan pun tidak dapat dihindari. Volume kendaraan terlihat sangat padat ketika jam pulang kerja tiba.
Apalagi, Jalan TB Simatupang merupakan akses utama para pengendara dari arah Lebak Bulus menuju Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Seorang pedagang bernama Heri (45) menyebutkan, kemacetan di Jalan TB Simatupang terjadi hingga pukul 24.00 WIB.
Heri yang sudah 4 tahun terakhir berjualan di depan Gedung Antam itu berujar, kemacetan yang disebabkan proyek galian ini sudah dimulai sejak pukul 07.00 WIB.
"(Macet di TB Simatupang) biasanya sampai jam 12 malam. Ya kalau mulai macet dari jam 7 pagi," ungkap Heri saat ditemui Kompas.com di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023).
Dalam periode waktu tersebut, Heri mengatakan, kemacetan di Jalan TB Simatupang terus terjadi tanpa henti.
Sepengetahuan Heri, proyek yang berlangsung di dekat Gerbang Tol Lenteng Agung 1 itu sudah berlangsung sejak lebih dari 1 bulan terakhir.
Banyak pengendara yang menepi
Pantauan Kompas.com, banyak pengendara yang akhirnya memutuskan menepi untuk sekadar beristirahat.
Mereka tidak kuat menghadapi macetnya Jalan TB Simatupang, salah satunya adalah pengemudi ojek online (ojol), Haerul (35).
Setelah membuka helm dan menurunkan standar motor, Haerul langsung memesan kopi hitam dan menyulut rokoknya
Dia pun duduk dan menyandarkan badan di depan pagar besi Gedung Antam.
Haerul yang merupakan warga Cileungsi itu mengaku pusing saat melawati Jalan TB Simatupang akibat macet panjang yang disebabkan beberapa proyek galian.
"Gue engggak tahu ini proyek apa, kurang paham. Cuma, gue lihat ini macet banget. Makanya gue minggir, pusing, macet banget soalnya," kata Haerul.
Haerul berujar, ia baru saja mengantarkan paket dari Kuningan, Jakarta Selatan, dan hendak pulang ke rumahnya.
Namun, dia harus pasrah ketika lewat Jalan TB Simatupang, akses utama menuju Cileungsi.
"Kan ini satu-satunya jalan. Bisa sih lewat Kramatjati, tapi jauh. Kalau lewat Depok juga sama saja," tutur Haerul.
Pengendara motor lain bernama Agus (43) juga mengalami hal serupa.
Saat membonceng anak dan istrinya, Agus tiba-tiba menepikan sepeda motornya di depan Gedung Antam. Wajahnya tampak peluh setelah Agus membuka helm.
"Mau lewat sini saja perjuangan banget. Ini motor langsung panas," keluh Agus setelah standarkan roda duanya.
Macet di mana-mana
Haerul juga sempat menumpahkan curahan hatinya (curhat) ketika ia mendapatkan pesanan mengantar paket ke Jakarta.
Berdasarkan pengalamannya, Haerul mengaku selalu diadang kemacetan ketika "dilempar" ke Jakarta.
"Pasti (macet kalau ke Jakarta). Kalau di Cileungsi, aman. Soalnya kan gue sudah paham wilayah, gue sudah tahu jalan-jalan tikus. Bisa potong jalan sana dan sini," tutur Haerul.
Namun, menurut Haerul, ceritanya akan berbeda ketika ia berkendara di Jakarta.
"Kalau di Jakarta kan bingung, 'Potong jalan ke mana ini?', gitu. Ke sana macet, ke situ juga macet, ngikutin map juga bapuk. Buset dah," keluh Haerul.
Ia tidak memungkiri Cileungsi yang masuk ke dalam Kabupaten Bogor juga banyak terjadi kemacetan di jalan raya.
Hanya saja, Haerul berpendapat, kemacetan tersebut sangat berbeda jauh dengan Ibu Kota.
"(Cileungsi) Ramai doang, enggak padat. Kalau ini mah, aduh, stuck ini mah," imbuh Haerul.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/09/05530451/perjuangan-pengendara-motor-menerjang-kemacetan-di-tb-simatupang-yang