Hal itu terjadi menjelang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia capres-cawapres pada Oktober 2023 lalu.
"Guru di sekolah saya SMA 1 Pontianak juga ada yang telepon, katanya menjelang putusan MK ada yang tanya Melki pas sekolah gimana, Melki kebiasaannya apa dan lain sebagainya," ujar Melki kepada Kompas.com, Jumat (10/11/2023).
Adapun Melki mengaku bahwa ia dan keluarganya mendapat intimidasi dari aparat TNI dan Polri.
Ia menduga intimidasi itu datang lantaran dirinya mengkritisi putusan MK yang pada akhirnya memuluskan jalan bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju di Pilpres 2024.
Sejak awal menjalani kepengurusan BEM UI di 2023 dan aktif mengkritik pemerintah, Melki mengaku sudah mendapat teror-teror digital.
"Kalau ancaman memang sudah hampir setahun sejak awal jadi ketua BEM. Tapi menjelang aksi putusan MK makin banyak. Hp saya juga beberapa kali ditelepon dari pihak keamanan," ujar Melki.
Melki menyayangkan, ancaman itu tidak hanya diarahkan pada dirinya saja, tetapi juga pada keluarganya yang berada di Pontianak, Kalimantan Barat.
Bahkan, kata dia, ibunya didatangi oleh aparat TNI dan Polri untuk bertanya langsung seputar keseharian sang putra.
"Ya di rumah didatangi oleh aparat keamanan. Ada dari TNI, dari Polri tanya ke ibu saya, Melki itu biasanya balik ke rumah kapan, Melki kalau di rumah kegiatannya apa saja," ungkap dia.
Lebih lanjut, Melki mengaku tak gentar untuk menyuarakan ketimpangan hukum yang sedang terjadi meski ia menerima banyak intimidasi.
"Ini bukan saya saja. Ada hal yang salah dari konsepsi demokrasi sampai semua orang yang kritis menyampaikan pendapat diintimidasi dan direpresi segininya. Tidak ada satu ancaman pun yang membuat saya gentar," tegas Melki.
(Tim Redaksi: Wasti Samaria Simangunsong, Ihsanuddin)
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/11/20371811/ketua-bem-ui-sebut-guru-sma-nya-di-pontianak-sempat-ditanya-tanya