"Semasa hidupnya, korban menghadapi berbagai stressors. Di antaranya adalah tuntutan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain," ungkap dr Nael dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) dalam konferensi pers di Polres Metro Jakarta Timur, Kamis (23/11/2023).
Menurut Nael, Apsifor telah mewawancarai sekitar 24 saksi yang mengenal, berinteraksi langsung, dan mengetahui CHR semasa hidupnya.
Apsifor juga meneliti tempat kejadian perkara (TKP) dan menganalisis dokumen berupa tulisan yang dibuat CHR, serta video atau gambar terkait.
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara intensif, ditemukan bahwa CHR menghadapi banyak tekanan dan stressor.
Selain tuntutan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain, dia juga mendapat tekanan untuk memahami berbagai pelajaran.
"Tuntutan akademik, keterpaparan dengan konflik yang dihadapi di lingkungan kehidupannya, dan kesulitan untuk menyalurkan emosi negatif, terutama frustrasi dan kemarahan secara adaptif," ujar Nael.
Selain itu, Apsifor juga menemukan bahwa CHR mengalami hambatan atau masalah dalam komunikasi dan interaksi sosial dalam berbagai konteks, baik verbal maupun nonverbal.
Kemudian, CHR juga memiliki pola perilaku, ketertarikan, dan aktivitas yang berulang.
"Karakteristik tersebut membuat korban memiliki pola pikir, persepsi, penghayatan, dan cara penyelesaian masalah yang berbeda dari remaja seusianya, terutama saat menghadapi tekanan dan stressor," tutur Nael.
Ingin bunuh diri sejak SMP
Akumulasi stressor yang dihadapi korban berdampak pada kondisi psikologisnya.
Nael mengungkapkan, ada data yang konsisten tentang CHR yang selalu berpikir ingin bunuh diri.
"Ada data yang konsisten tentang pikiran untuk mengakhiri hidup sejak SMP, serta ketertarikan ke hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan dan sadisme," ujar dia.
Pada akhirnya, CHR memutuskan untuk bunuh diri dengan menusuk dirinya sebanyak enam kali lalu membakar tubuhnya.
CHR adalah putra perwira menengah (Pamen) TNI AU yang ditemukan tewas terpanggang dengan luka bakar 91 persen di Pos Spion, Ujung Landasan 24, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Penyelidikan kasus ini memakan waktu sekitar dua bulan hingga polisi akhirnya bisa mengungkapnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/11/23/21312151/anak-pamen-tni-au-yang-tewas-bunuh-diri-di-lanud-halim-hadapi-banyak