Salin Artikel

Nestapa Lansia di Ciracas, Uang untuk Tahlilan Istri dan Tabungan Pensiun Hilang dalam Sekejap Usai Kena Hipnotis

Peristiwa itu membuat Slamet kehilangan uang tunai dan tabungannya yang totalnya senilai Rp 69 juta.

Kronologi

Anak korban, Dwi (42), menyebut peristiwa hipnotis terjadi saat ayahnya hendak mengambil obat di sebuah apotek dekat Gang Dewa.

"Bapak saya jalan kaki dari puskesmas mau ambil obat ke apotek. Sebelum sampai apotek, sekitar 10 meteran, ada laki-laki dengan logat melayu bertanya sambil nepuk bahu bapak saya," ucap Dwi saat dihubungi, Jumat (8/12/2023).

Laki-laki itu mengaku sebagai warga negara Brunei Darussalam. Ia fasih berbahasa Indonesia meski dengan logat melayu.

Laki-laki itu juga mengaku tidak tinggal di Brunei Darussalam karena sedang bekerja di perusahaan minyak di Singapura.

Saat melancarkan aksinya dengan menepuk bahu Slamet di Jalan Raya Ciracas, laki-laki itu juga mengatakan bahwa dia habis ditipu.

"Katanya ketipu sama perempuan, makanya dia diturunin di Jalan Raya Ciracas. Dia cuma singkat saja ngomong, enggak panjang lebar. Langsung fokus ke bagi-bagi rezeki," ungkap Dwi.

Lalu, lelaki yang mengaku warga Brunei itu bertanya apakah Slamet tahu Masjid Kubah Emas, Depok, atau tidak. Sebab, ia ingin membagikan rezeki kepada mereka yang tidak mampu.

Namun, pelaku itu ingin menukarkan dolar Singapura yang dimilikinya menjadi rupiah terlebih dulu. Tidak lama kemudian seorang pria berpeci dari datang belakang Slamet.

"Dia nanya (ke Slamet), 'Ada apa nih, Pak?' Dijawab sama yang WNA, dia lagi nanya soal Masjid Kubah Emas. 'Oh, saya tahu tuh, ada di Depok itu,' kata yang pakai peci," ucap Dwi.

Pria asing itu kembali menceritakan bahwa ia ingin membagikan rezeki. Mereka bertiga saling mengobrol sebelum pria berpeci mengajak untuk menyeberangi jalanan.

Beberapa saat kemudian, ada sebuah mobil berwarna hitam yang melipir ke arah mereka.

Mobil berisi dua laki-laki, yakni sopir dan seseorang yang mengaku bekerja di bank BRI cabang Ciracas di bagian kur.

"(Salah satu pelaku) negur yang pakai peci, yang pakai peci jelasin soal Masjid Kubah Emas dan bagi-bagi rezeki. Diajak buat ngobrol di dalam mobil," tutur Dwi.

Dalam keadaan masih terhipnotis, Slamet juga ikut masuk ke dalam mobil. Di sana, ada pembahasan tentang penukaran dolar Singapura dengan Rupiah.

Setelah itu, orang-orang yang diduga komplotan pelaku hipnotis mulai beraksi. Pria berpeci mengaku memiliki uang senilai Rp 40 juta.

Menurut Dwi, ada kemungkinan langkah itu untuk meyakinkan Slamet untuk menyerahkan uangnya.

"Kata yang WNA, 'ya sudah saya tukar dengan dolar Singapura. 1 dolar Singapura bernilai Rp 10 juta. Ini Pak Haji, (saya) ada empat lembar (dolar Singapura). Saya tambahin Rp 2 juta untuk rezeki Pak Haji, jadi total semua Rp 60 juta'," ungkap Dwi.

Untuk semakin meyakinkan korban, pria yang mengaku bekerja di BRI cabang Ciracas mengeluarkan sebuah alat.

Ia menggunakan alat itu untuk memeriksa keaslian dolar Singapura milik terduga WNA, dan dinyatakan asli.

Slamet ditanya oleh para pelaku apakah ia memiliki uang atau tidak di rumahnya. Slamet menjawab, ada uang sebesar Rp 20 juta di sana.

Mereka juga bertanya apakah Slamet memiliki uang di rekening BRI atau tidak. Slamet pun menjawab bahwa ia punya tabungan di rekening BRI.

Kemudian, para komplotan pelaku hipnotis mengantar Slamet ke rumahnya di wilayah Kelapa Dua Wetan untuk mengambil uang tunai dan buku tabungan bank BRI.

Mobil berhenti agak jauh. Slamet dan pria berpeci turun. Namun, pria itu berhenti di depan masjid samping rumah Slamet.

"Bapak saya ambil uang Rp 20 juta sama buku tabungan BRI. Masuk lagi ke dalam mobil, dan dibawa ke BRI di kawasan Cibubur. Bisa narik Rp 20 juta, alasannya (ke pihak bank) untuk renovasi rumah," ujar Dwi.

Di bank BRI wilayah Cibubur, Slamet ditemani oleh pria berpeci dan pria yang mengaku bekerja di bank BRI cabang Ciracas.

Slamet kembali diajak ke bank BRI lainnya yang berlokasi di Cimanggis, Depok. Di sana, ia sempat dicurigai oleh teller dan manager operasional.

Sebab, Slamet menjawab bahwa ia datang seorang diri. Padahal, ia sedang ditemani oleh dua pelaku.

"Bapak saya linglung. Mereka tanya lagi, 'bapak sudah lansia mau ambil uang sebanyak ini untuk apa?' Dibantu ngomong sama yang ngaku kerja di BRI cabang Ciracas buat pengobatan di rumah sakit," ungkap Dwi.

Penarikan uang yang tersisa di rekening Slamet, yakni Rp 29 juta, berhasil dilakukan. Empat pelaku telah memegang uang milik korban sebesar Rp 69 juta.

Diberi uang mainan

Setelah menarik uang, Slamet dibawa ke bank BRI lainnya di Jalan Raya Bogor. Lokasinya masih di Depok.

Para pelaku menurunkan korban di sana. Terduga WNA memberi Slamet amplop yang disebut berisi 15 lembar dolar Singapura.

Ia mengatakan, Slamet bisa menukarnya menjadi Rp 150 juta. Katanya, uang tambahan sebesar Rp 81 juta itu adalah rezeki untuk korban.

Sebab, korban sudah "mau" memberikan Rp 69 juta untuk ditukar dengan "dolar Singapura" yang dimiliki pelaku. Namun, syaratnya adalah amplop jangan dibuka.

"Bapak saya masuk ke BRI itu mau nukar dolar, kata petugas bank enggak bisa. Mereka minta amplop dibuka. Pas dibuka, isinya empat uang mainan dan 10 potong kertas," tutur Dwi.

Slamet hampir pingsan sebelum ditolong oleh pihak bank. Mereka bertanya-tanya, dan Slamet menjawab penarikan uang terjadi di dua bank BRI yang berbeda.

Slamet diantar ke BRI yang terakhir dikunjungi, yakni yang berada di kawasan Cimanggis. Di sana, ia ditenangkan oleh manager operasional yang sebelumnya sudah curiga.

"Dibantu, dikasih minum, ditenangin. Katanya mereka siapin CCTV buat laporan. Bapak saya dipesankan ojol (ojek online) untuk pulang," tutur Dwi.

Uang untuk 100 hari almarhumah istri

Dwi menyayangkan peristiwa yang menimpa ayahnya. Sebab, uang tunai sebesar Rp 20 juta yang ada di rumahnya hendak digunakan Slamet untuk memperingati 100 hari kematian sang istri.

"Saya menyayangkan, karena Rp 20 juta yang ada di rumah itu peninggalan almarhumah ibu saya. Mau dipakai untuk 100 harian," ucap Dwi.

Dwi menjelaskan, uang tunai sebesar Rp 20 juta yang berada di rumah Slamet adalah uang yang dulu pernah disimpan oleh almarhumah ibunya di sebuah koperasi.

"Rp 20 juta itu mau dipakai keluarga untuk peringatan 100 harian almarhumah ibu saya Desember ini, dan untuk urus makam. Tapi malah keambil karena ayah saya kena hipnotis," tutur Dwi.

Sementara itu, uang senilai Rp 49 juta yang berada di bank merupakan tabungan milik Slamet. Ia mengumpulkan uang tersebut selama 13 tahun untuk dijadikan sebagai pegangan pada masa pensiun.

"Rp 49 juta itu total bapak saya nabung sedikit-sedikit selama 13 tahun, buat pegangan pas pensiun. Bayangin, dikumpulin sampai belasan tahun langsung ludes dalam sekejap," kata Dwi.

Lapor ke polisi

Pada Sabtu (25/11/2023), Dwi melaporkan kejadian yang menimpa ayahnya ke Polres Metro Jakarta Timur. Kasus sedang ditangani.

"Korban melapor 25 November 2023, pukul 15.00 WIB. Saat ini kami koordinasi dulu," kata Humas Polres Metro Jakarta Timur AKP Lina.

Barang bukti berupa rekaman CCTV dari bank terkait, uang mainan, dan potongan kertas telah diamankan polisi.

(Tim Redaksi: Nabilla Ramadhian, Irfan Maullana)

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/12/11/08441281/nestapa-lansia-di-ciracas-uang-untuk-tahlilan-istri-dan-tabungan-pensiun

Terkini Lainnya

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke