Salin Artikel

Berhenti Melaut karena Cuaca Buruk, Warga di Marunda Kepu Jadi Pemulung Sampah Plastik

JAKARTA, KOMPAS.com - Lautan sampah yang ada di pesisir Kampung Nelayan Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, menjadi ironi bagi warga setempat.

Meskipun sampah itu membuat lingkungan kumuh, tetapi warga memanfaatkannya untuk mendapatkan penghasilan tambahan selama tidak bisa melaut. 

Rarat (55), warga RT 08 RW 07 Marunda, Jakarta Utara, memulung sampah plastik di sana lalu menjualnya ke pengepul. 

"Kalau sampah plastik gini, kayak botol dan gelas aqua, itu kami jual di pengepul yang lewat. Satu kilogram paling Rp 1.500 sampai Rp 2.000. Satu karung gini bisa empat sampai lima kilogram," kata Rarat saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Senin (22/1/2024).

Meski memulung, Rarat bangga karena usahanya tak merugikan orang lain.

"Saya mah yang penting ada penghasilan, dapur istri mengebul. Ini bisa dikatakan usaha paling halal," ujar Rarat.

Biasanya, Rarat dan warga lain di Marunda Kepu pergi melaut untuk mencari penghasilan. Namun cuaca buruk dan risiko yang besar mengurungkan niat Rarat.

"Sekarang nelayan itu cuma satu jalan keluarnya. Kami cari cilong, mulung. Ambil sampah plastik, gelas aqua. Itu sasarannya," ungkap Rarat.

Hal yang sama juga dirasakan Agus (60), yang juga memilih memulung di tengah cuaca buruk seperti saat ini.

Biasanya Agus mengantarkan orang dengan kapalnya ke tengah laut untuk memancing.

"Saya nelayan, cuma sekarang beralih ke jasa mengantarkan orang mancing ke tengah laut. Tapi kalau kayak gini, ya kami manfaatkan aja yang ada dulu. Nanti kalau cuaca baik, baru beraktivitas lagi," tutup Agus.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/22/19073321/berhenti-melaut-karena-cuaca-buruk-warga-di-marunda-kepu-jadi-pemulung

Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke