JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Grosir Bogor (PGB), Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, bak berada di ujung napas.
Sejak dilanda pandemi Covid-19, pusat grosir ini belum bisa bangkit seutuhnya. Kondisinya semakin sepi pengunjung.
Saat Kompas.com menyambangi PGB, Minggu (28/1/2024), beberapa penjual langsung berebut menawarkan dagangannya agar dilirik pembeli.
"Boleh diskon 50 persen," teriak salah satu pedagang.
"Boleh celananya, lihat-lihat saja dulu," teriak pedagang lainnya.
Memasuki area dalam pusat berbelanjaan, lorong tampak kosong dan minim pencahayaan. Padahal, lorong-lorong ini dulu ramai pedagang.
Kondisi yang sama juga terasa di lantai 2 PGB. Kios-kios handphone dan komputer juga sepi pengunjung. Karyawan konter HP tak segan menghampiri setiap pengunjung yang datang untuk menjajakan jualannya.
"Cari handphone apa? Semua ada. Boleh tukar tambah, kredit, cash, semua bisa," kata pegawai lainnya mengikuti.
Di lantai 2 ini juga terlihat area foodcourt. Di area tempat makan ini hanya tersisa tiga penjual yang masih menjajakan dagangannya dari 15 kedai yang tersedia.
Bangku dan meja makan tampak berdebu. Hanya dua meja yang ditempati pengunjung.
Sulit bertahan
Kondisi yang cukup ramai hanya terasa di lantai dasar. Di lantai 1 PGB, banyak kios yang tutup. Rolling door sejumlah kios dipasangi selembar kertas bertuliskan "Dijual/dikontrakan".
Di lantai 1, hanya tersisa penjual pakaian dan sandal yang menempati kios depan, dekat dengan eskalator.
Pelataran beberapa toko yang tutup dimanfaatkan pedagang lain untuk menaruh dagangannya.
Seorang pedagang bernama Burhanudin (51) menuturkan, PGB mulai sepi pengunjung sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020.
Akibat daya beli masyarakat yang menurun, sejumlah pedagang gulung tikar. Para pedagang yang merintis usahanya sejak 2011 tak lagi sanggup membayar sewa kios di PGB.
Pemasukan yang tidak pasti, kata Burhanudi, sudah tentu tidak bisa menutupi biaya sewa kios.
"Karena memang berat, kebutuhan harus berjalan terus, sementara pemasukan berhenti, itu kan jadi problem besar sekali. Banyak yang tutup," ujar dia, Minggu (28/1/2024).
Pedagang bernama Rian (45) juga mengakui bahwa omzet penjualannya menurun. Akibatnya, dia menutup sembilan kios di PGB. Kini Rian hanya berjualan di dua kios.
Menurut Rian, semakin hari, pengunjung semakin sepi. Dampaknya, semua karyawan terpaksa dirumahkan. Para pedagang lebih memilih menjaga kiosnya seorang diri, tanpa ada bantuan pramuniaga.
"Toko di sini banyaknya enggak pakai karyawan karena pendapatannya tidak sesuai, mau cari penglaris aja kadang susah sekarang," ucap Rian.
Salah satu pengunjung bernama Irna (28) merasakan bahwa kondisi PGB saat ini sangat berbeda. Banyak pengunjung yang lebih memilih berbelanja di mal lain, di antaranya Botani Square atau Bogor Trade Mall (BTM).
"Sekarang sepi banget. Kemungkinan besar orang-orang lebih milih tempat belanja di Botani atau BTM yang emang dekat kan," ucap Irna.
Berupaya menyambung napas
Sejalan dengan penutupan toko, Rian pun terpaksa memberhentikan semua karyawannya demi menyambung napas usahanya.
Rian bahkan sampai menghabiskan uang tabungan dan menjual dua mobil pribadinya untuk menambah saat penyebaran Covid-19 mulai mereda.
Demi menarik perhatian pembeli, Rian juga rela banting harga.
“Kami kasih harga paling murah. Misal kami menjual baju di sini harga Rp 35.000, di mal lain malah dijual Rp 45.000,” ungkap Rian.
Sementara itu, Burhanudin terus menjaga relasi dengan pelanggan setianya agar bisnis penjualan baju batiknya tetap laku.
“Kalau saya ada langganan sedikit-sedikit, kalau ngandelin pembeli sehari-hari mah sepi,” ucap Burhanudin.
“Kami cari apa yang dibutuhkan pembeli. Karena punya pelanggan yang terikat mungkin bisa bertahan hidup karena ada langganan-langganan yang bikin baju,” sambung dia.
Ina mengungkapkan, untuk menambah pendapatan, ia juga berjulan secara online di beberapa marketplace. Ina memaksimalkan penjualan di toko daring saat barang dagangan di PGB kurang laku.
“Karena banyak yang beli online, saya juga menyesuaikan target pembelinya. Kalau di toko kondisi sepi, pendapatan enggak ada, ngikutin aja jualan di sana,” ungkap Ina.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/01/29/07265401/pusat-grosir-bogor-di-ujung-napas-mencoba-bertahan-di-tengah-kian-sepinya