JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menduga Binus International School Serpong tak memiliki mekanisme dini untuk mendeteksi kekerasan di dalam maupun luar sekolah.
Seperti diketahui, pihak sekolah mengeklaim kasus yang mengakibatkan salah seorang siswa harus menjalani perawatan itu terjadi di luar lingkungan sekolah.
"Saya pikir apakah terjadi di dalam atau luar sekolah, semestinya sekolah memiliki mekanisme untuk mendeteksi secara dini," tutur Satriwan kepada Kompas.com, Senin (19/2/2024).
Terlebih, kata dia, perundungan ini diduga terjadi sejak beberapa generasi sebelumnya. Apabila hal tersebut sudah jadi tradisi, Satriwan berujar, tentunya secara insting sekolah sudah tahu pola interaksi muridnya.
Berdasarkan utas akun @BosPurwa, kelompok bernama "Geng Tai" ini sudah diteruskan oleh sembilan generasi. Ada aturan yang harus dipatuhi untuk menjadi anggota resmi geng tersebut.
"Guru-guru tentunya sudah punya pengalaman dalam identifikasi potensi kekerasan yang terjadi di sekitar sekolah," ucap Satriwan.
"Jadi saya melihat ini bentuk kegagalan sekolah mendeteksi potensi kekerasan di lingkungan skeolah," kata dia.
Satriwan menjelaskan, lingkungan sekolah itu bisa diartikan dalam beberapa kategori. Menurut dia, lingkungan sekolah tak bisa diartikan hanya secara eksklusif di dalam lingkungan internal.
Lingkungan sekolah, kata dia, bisa juga area wilayah yang berada di radius tertentu. Biasanya, pemetaan radius ini untuk mendeteksi titik mana area luar sekolah yang menjadi tempat tongkrongan anak-anak.
Hal tersebut di bawah pengawasan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang berkorrdinasi dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
"Biasanya sekolah sudah punya informan orang yang dipercaya berada di lingkungan di radius tertentu. Nantinya akan ada laporan secara reguler dari orang yang berada lokasi tersebut," ucap Satriwan.
Dengan demikian, Satriwan memandang, sekolah tak bisa berlindung di bawah diksi kekerasan ini terjadi di luar lingkungan sekolah. Terlebih, kekerasan itu sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, Satrwian sangat mendukung upaya investigasi secara lanjut kasus tersebut. Bahkan, ia mendorong kasus ini dibawa ke ranah pidana.
"Kalau ditelurusi biasanya korbannya banyak. Cuma biasanya takut untuk berbicara ke publik, termasuk ke orangtuanya," ucap Satriwan.
Dugaan perundungan di Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten, ramai dibicarakan di jagat maya, khususnya di akun media sosial X.
Dalam utas yang disebarkan oleh pemilik akun @BosPurwa mengatakan adanya seorang anak yang dipukuli belasan seniornya hingga masuk rumah sakit.
"Mereka anak-anak pesohor. Dan ngerinya lagi sampai disundut rokok!" tulis akun X @BosPurwa, Minggu (18/2/2024).
Akun tersebut menceritakan penrundungan yang dialami anaknya sejak 2 Februari lalu. Bahkan, pelaku tak segan mengancam akan menyakiti adik korban.
Informasi adanya kekerasan tersebut dibenarkan Kasat Reskrim Kepolisian Resor (Metro) Tangerang Selatan Ajun Komisaris (AKP) Alvino Cahyadi.
Namun, Alvino tak merinci siapa pelaku dan korban atas perundungan tersebut. Menurut Alvino, kasus tersebut sudah ditindaklanjuti kepolisian.
"Proses hukum sedang berjalan," ucap Alvino, Senin (19/2/2024).
Kepala Seksi Humas Kepolisian Resor Tangerang Selatan Inspektur Satu (Iptu) Wendi Afrianto juga mengatakan telah menerima laporan dari korban.
"Iya benar sedang lidik. LP (laporan) sudah masuk ke Unit PPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) Polres Tangsel," ucap Wendi, Senin.
Menurut Wendi, kepolisian telah menyelidiki peristiwa itu dan mengecek tempat kejadian perkara (TKP). Kasus tersebut, kata dia, masih dalam proses penyelidikan.
"Masih dilakukan pemeriksaan oleh penyidik," ucap Wendi singkat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/19/18481841/perundungan-binus-school-serpong-diduga-terjadi-di-luar-sekolah-p2g