Kakak korban, IH (25) mengatakan, peristiwa itu terjadi di bangku belakang mobil saat perjalan pulang dari gudang KPU tingkat kecamatan menuju Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan.
Ketika kendaraan melaju, IA disinyalir memanfaatkan situasi mobil yang gelap untuk menyentuh tubuh korban, meski ada Ketua KPPS berinisial IV yang bertugas mengemudikan kendaraan roda empat.
“Di dalam mobil hanya mereka bertiga, adik saya, pelaku, dan ketua KPPS. Meski begitu, kami enggak tahu apakah ketua KPPS mengetahui adanya kejadian ini (pelecehan) atau tidak,” ungkap kakak korban saat dihubungi, Selasa (27/2/2024).
Walau ada kemungkinan sang ketua KPPS mengetahui soal ini, IH ragu bahwa IV akan melakukan sesuatu atas peristiwa yang menimpa adiknya.
Sebab, IV disebut merupakan anak kandung dari terduga pelaku.
“Iya ketua KPPS dan pengawas TPS itu ada hubungan keluarga. Kalau pun dia tahu (soal pelecehan), ya gimana ya, kan bapak sendiri gitu,” tutur IH.
Maka dari itu, IH memilih untuk tak melaporkan peristiwa ini kepada IV selaku Ketua KPPS.
Ia memilih untuk menceritakan masalah ini kepada pengurus RT dan pengelola apartemen.
“Enggak, saya enggak ada pembicaraan ke Ketua KPPS perihal ini. Karena saya mikir juga kan, ketuanya anak kandung pelaku, makanya saya enggak ngomong ke beliau,” ungkap IH.
Setelah menceritakan soal peristiwa ini kepada pengurus RT dan pengelola apartemen, IH mengaku, dirinya banyak mendapatkan bantuan.
Ia dibantu untuk berkonsultasi kepada lembaga bantuan hukum (LBH) dan melaporkan peristiwa ini kepada aparat berwajib.
Ia dan sang adik juga mendapat garansi dari pihak keamanan apartemen agar terduga pelaku tak melancarkan aksi lebih jauh pada kemudian hari, apalagi keduanya tinggal di tower yang sama.
“Kami dapat perhatian khusus dari petugas keamanan setempat. Jadi setidaknya ada rasa aman,” imbuh dia.
Kronologi tindakan pelecehan
IH mengungkap, peristiwa ini terjadi beberapa jam setelah sang adik merampungkan tugasnya sebagai anggota KPPS di TPS 69 Apartemen Kalibata City.
“Kejadian pelecehan yang menimpa adik saya terjadi pada tanggal 15 Februari 2024 dini hari, saat dia ikut mengantar surat suara ke gudang KPU di tingkat kecamatan,” ujar IH.
Mulanya, kata IH, proses pengantaran kotak suara berjalan lancar sebagaimana mestinya.
Sang adik waktu itu mengantarkan kotak surat suara bersama IA dan IV menggunakan sebuah mobil.
Ketika berangkat menuju gudang KPU, IV bertugas menyetir mobil. Sementara itu, IA duduk di kursi depan samping sopir dan WI duduk di belakang.
“Karena adik saya kelelahan, dia akhirnya enggak ikut membantu nurunin logistik di lokasi. Dia tidur di dalam mobil,” ungkap kakak korban.
Pelaku mulai melancarkan aksinya
Singkat cerita, korban akhirnya baru terbangun saat mobil sudah berada dalam perjalanan pulang.
Namun, saat terbangun, korban menyadari ada perpindahan posisi tempat duduk. Terduga pelaku yang sebelumnya duduk di kursi depan berpindah ke belakang dan duduk di sebelah WI.
“Pas di jalan pulang, pelaku tiba-tiba sudah duduk di belakang, sama adik saya. Jadi kursi di samping sopir itu kosong pas pulang,” tutur IH.
Melihat WI terbangun, IA kemudian berbasa-basi menanyakan kondisi korban.
Ia bertanya apakah korban kedinginan atau tidak sambil memegang tangan WI.
“Adik saya mikirnya waktu itu gini, 'Oh mungkin bapak ini anggap saya sebagai anaknya. Jadi megang-megang tangan'. Soalnya si pelaku ini udah tua banget, usianya mungkin di atas 60 tahun. Terus akhirnya dibiarin sama adik saya, karena cuma memegang tangan saja,” ucap IH.
Namun, tindakan IA ternyata tak sebatas memegang tangan korban saja.
IA turut mencium kedua telapak tangan korban berulang kali hingga WI merasa risih.
“Adik saya takut mau teriak. Mau melakukan perlawanan, tapi enggak berani,” sambung IH.
Pelaku berusaha mencium korban
Ketika mobil sudah dekat dengan apartemen, kelakuan bejat IA semakin menjadi-jadi.
IA berupaya untuk mencium korban dengan mengarahkan kepala WI ke wajahnya.
“Pas sudah di dekat Apartemen Kalibata City, yang flyover, pelaku tiba-tiba megang wajah adik saya dan mengarahkan muka adik saya ke arah mukanya untuk dicium. Jadi ditarik mukanya sama dia,” kata kakak korban.
WI yang kaget dengan aksi itu sontak mengelak. Ia berusaha memalingkan wajahnya supaya IA tak berhasil menciumnya.
Sebab, IA mengarahkan langsung wajahnya ke bagian bibir korban.
“Adik saya sontak mengelak. Jadi karena ngelak, enggak kena bibir sama bibir. Jadi bibir adik saya kena ke arah kumisnya. Ke arah samping gitu kurang lebih,” tutur kakak korban.
Kini, kasus dugaan pelecehan juga telah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.
Laporan itu teregistrasi dengan nomor LP/B/539/II/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel/Polda Metro Jaya tanggal 21 Februari 2024.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/27/15071471/pengawas-tps-di-jaksel-diduga-lecehkan-anggota-kpps-di-mobil-kakak-korban