JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta diminta bergerak cepat menstabilkan harga bahan pokok yang sedang naik agar bisa terkendali sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta M Taufik Zoelkifli menjelaskan, langkah itu diperlukan agar harga bahan pokok bisa lebih terjangkau.
Sebab, kebutuhan pangan masyarakat biasanya meningkat saat Ramadhan dan menjelang Lebaran.
“Kami berharap kenaikan harga-harga bahan pangan ini bisa dikontrol menjelang Ramadhan dan persediaan untuk Idul Fitri,” ujar Taufik dalam keterangannya, Selasa (27/2/2024).
Menurut Taufik, Pemprov DKI harus segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait ketersediaan stok dan suplai bahan pokok ke pasaran.
Dia berpandangan, ketersediaan stok di produsen dan di pasaran perlu dijamin agar harga bahan pokok bisa terjangkau.
“Stok pangan itu utamanya beras dan daging. Pada bulan Ramadhan, kebutuhan pangan semakin tinggi akibat tingginya permintaan masyarakat,” kata Taufik.
“Maka Pemda DKI harus melibatkan pemerintah pusat, Kementerian Pertanian dan Bulog untuk memastikan stabilitas harga jelang Ramadhan dan Idul Fitri,” sambung dia.
Diberitakan sebelumnya, naiknya harga bahan pokok, khususnya beras di wilayah DKI Jakarta dikeluhkan oleh masyarakat.
Kondisi ini sangat membebani warga karena biaya sehari-hari yang dikeluarkan juga meningkat.
Salah satunya ibu rumah tangga (IRT) Umamah (55), yang mengeluhkan harga beras kian melambung tinggi. Sebab, uang belanja yang diberikan suami hanya bisa membeli beras dua liter.
“Saya sebagai emak-emak, berkeberatan banget. Ini dari kemarin naik, sekarang sudah mau masuk puasa dan sebentar lagi Lebaran. Nanti bakal naik lagi,” ujar Umamah saat ditemui Kompas.com di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (26/2/2024).
Sebelum ada kenaikan, Umamah mengaku membeli beras hanya senilai Rp 10.000-11.000 per liternya. Namun, saat ini harga beras sudah di atas Rp 15.000 per liter.
“Yang di agen-agen saja sudah naik, apalagi di warung kelontong? Gimana enggak pusing emak-emak,” kata Umamah sambil tertawa.
Akibat dari kenaikan beras ini, IRT bernama Suherni (47) terpaksa mengurangi jajan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
“Ya enggak sih (kurangi porsi makan buat keluarga), tapi jajan anak jadi dikurangi. Kan kasihan jadinya. Pemerintah mah enak duitnya banyak, lah kita? Boro-boro,” ujar Suherni.
Sebelum ada kenaikan harga beras, Suherni mengaku kerap memberikan jajan anaknya senilai Rp 25.000 setiap harinya.
“Sekarang saya kasih Rp 15.000. Kasihan dia, belum buat ongkos pulangnya. Cuma, ya saya bawakan bekal setiap hari sekarang, biar tambah irit. Ya hitung-hitung belajar hemat juga buat anak,” kata Suherni.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada laman infopangan.jakarta.go.id, Kamis (26/2/2024), harga beras IR 64 di Jakarta rata-rata berada di angka Rp 15.418 per kilogram.
Masih berdasarkan laman resmi Pemprov DKI tersebut, harga tertinggi jenis beras IR 64 ini ada di Pasar Pademangan Timur yang menyentuh Rp 18.000 per kilogram.
Sementara itu, rata-rata beras Setra I/Premium di Ibu Kota berada di angka Rp 15.926 per kilogram.
Harga tertinggi jenis beras ini berada di Pasar Pluit senilai Rp 20.000 per kilogram. Kondisi kenaikan harga beras ini membuat emak-emak “naik pitam”.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/02/27/18244311/pemprov-dki-diminta-gerak-cepat-stabilkan-harga-bahan-pokok-sebelum