JAKARTA, KOMPAS.com - Dua kelompok yang berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (1/3/2024), menyuarakan pendapat yang berseberangan.
Dua kelompok itu adalah mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa se-Jabodetabek dan Relawan Anies-Muhaimin.
Keduanya mengusung tuntutan berbeda dalam unjuk rasa.
Kelompok mahasiswa menolak wacana hak angket untuk mendalami dugaan kecurangan pemilu 2024, sementara kelompok relawan Anies-Muhaimin justru menuntut digulirkannya hak angket demi membuktikan dugaan kecurangan.
Perseteruan pernyataan melalui pengeras suara itu berawal dari Jenderal Lapangan Aliansi Mahasiswa se-Jabodetabek bernama Rahmat yang berteriak, "Kita harus tolak (hak) angket, kawan!"
Ia kemudian mengarah ke kelompok relawan Anies-Muhaimin. Ia menyebut, hak angket merupakan bentuk politisasi.
"Mengapa harus ada dorongan kepada DPR RI? Ini adalah politisasi," sambung Rahmat.
Mendengar orasi mahasiswa, relawan Anies-Muhaimin tidak terima.
Sejumlah relawan peserta aksi meneriaki mahasiswa. Mereka menyebut, kelompok mahasiswa sebagai pasukan nepotisme.
"Pasukan nepotisme," teriak salah seorang relawan.
Relawan Anies-Muhaimin mengatakan, Pemilu 2024 diwarnai banyak dugaan kecurangan.
Mereka yang tidak melihat dugaan kecurangan itu ibarat hanya menutup mata.
Melalui pengeras suara, perwakilan mahasiswa mempertegas bahwa kehadiran mereka di Gedung DPR/MPR tidak mewakili pasangan capres-cawapres manapun.
Pengamatan Kompas.com, massa relawan Anies berkumpul di sisi kiri depan gerbang Gedung DPR/MPR. Sementara, massa mahasiswa berada di kanan.
Jaraknya kedua kelompok sekitar 5 meter. Barisan personel polisi dari satuan Sabhara memisahkan mereka.
Akibat peningkatan intensitas kedua massa, polisi terpaksa menutup Jalan Gatot Subroto dari kendaraan bermotor. Mobil dan motor diminta masuk ke Jalan Gerbang Pemuda.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/01/17275271/adu-orasi-di-gedung-dpr-relawan-anies-dukung-hak-angket-mahasiswa-menolak