JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman warga di dekat Pasar Gembrong, Jakarta Timur yang terdampak kebakaran pada April 2022, saat ini sudah bersalin rupa menjadi "Kampung Warna Warni”.
Tetapi, kehidupan para empunya rupanya tidak secerah beragam warna cat di bangunan kediaman mereka. Ada kesulitan ekonomi yang belum hilang, akibat dari kebakaran beberapa tahun silam.
Kondisi ini dirasakan betul oleh Restu (48), pemilik warung makanan di sisi jalan masuk kawasan Kampung Gembrong Gembira. Warung berukuran seluas 2x1 meter berdiri tepat di teras rumahnya.
Meja dan kursi untuk makan dipasang di depan warung yang berjarak 1,5 meter dengan teras rumah di depannya.
Sebelum kebakaran terjadi, warung miliknya memiliki ukuran lebih besar, begitu pula dengan omzet yang didapatkan dibanding saat ini.
Kala itu, Restu bisa mendapatkan uang sedikitnya Rp 200.000 ribu setiap pagi. Uang itu adalah hasil jualan makanan di warungnya yang buka sejak pukul 05.00 WIB.
Mayoritas pembelinya adalah pedagang dan pekerja di toko-toko mainan Pasar Gembrong di sisi Jalan Basuki Rachmat.
“Kalau dulu ibaratnya melek mata dapat duit. Jam 07.00 WIB saja sudah Rp 200.000, itu dari orang luar doang,” ujar Restu saat diwawancarai Sabtu (2/3/2023).
Dahulu, sisi Jalan Basuki Rachmat yang berada di depan gang masuk permukiman warga, dipenuhi oleh toko-toko mainan, boneka hingga karpet.
Sejak kebakaran terjadi, toko-toko dan permukiman warga di belakangnya ludes terbakar. Kini, sisi jalin itu telah disulap menjadi trotoar dengan lebar kurang lebih dua meter.
Sementara, rumah-rumah warga yang terbakar dibangun ulang dan ditata kembali. Bangunannya dicat dengan berbagai macam warna dan tembok dipenuhi mural.
“Kalau rumah sih alhamdulillah sudah bagus ya. Dulu mah di sini bocor, di sana bocor. Bangunannya juga tinggi,” kata Restu.
“Tapi kalau soal cari duit, lebih enak dulu. Rumah saya dulu juga kan tingkat atasnya dikontrakin. Sekarang mau dibikin kayak dulu sudah susah, modalnya enggak ada,” sambung dia.
Kini, warung Restu hanya bergantung pada pembeli dari kalangan warga sekitar. Tak banyak lagi pedagang atau pekerja toko mainan yang mampir untuk sarapan, atau sekadar minum kopi di sela-sela waktu bekerja.
Sugi (50), warga setempat menjelaskan bahwa setelah kebakaran, banyak warga yang dulunya berdagang mainan di Pasar Gembrong tak lagi berjualan.
Modal menjadi masalah utama, selain sulitnya mencari tempat baru untuk berjualan.
“Ini rumah dulunya gudang mainan. Habis kebakaran sudah enggak dagang lagi. Pas kejadian itu habis belanja padahal, enggak ada sisanya sekarang,” kata Sugi sambil menunjuk salah satu rumah.
Hanya sebagian pedagang yang kembali mampu membuka usaha berjualan mainan. Itu pun para pedagang harus mengontrak di tempat yang cukup jauh dari lokasi sebelumnya.
“Kebanyakan yang buka lagi pada geser ke sana (arah timur Jalan Basuki Rachmat),” ucap Sugi.
Sementara sebagian besar warga asli Kampung Gembrong berusaha mencari mata pencaharian lain.
Terdapat pula yang memutuskan membuka warung kelontong, ataupun berjualan aneka makanan dan minuman di tengah keterbatasannya.
“Jadi ya usaha seadanya saja. Tapi kalau soal rumah-rumah ya bersyukurnya sudah enggak sekumuh dulu lah jalan dua tahun ini,” pungkas Sugi.
Sebagai informasi, permukiman warga RW 01 Pasar Gembrong di dilanda kebakaran hebat yang mengakibatkan 400 bangunan terdampak, pada Minggu (24/4/2022) sekira pukul 21.06 WIB.
Warga korban kebakaran Pasar Gembrong sempat mengungsi di tenda darurat dekat lokasi, hingga pada akhir bulan Mei 2022 lalu mereka direlokasi sementara ke Rusun CBU untuk proses revitalisasi.
Dalam revitalisasi ini, sebanyak 138 rumah warga korban kebakaran Pasar Gembrong yang memiliki legalitas dibangun ulang menggunakan anggaran Baznas Bazis Provinsi DKI Jakarta.
Proses pembangunan selesai dan diresmikan oleh Anies Baswedan yang kala itu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada Jumat (7/10/2024).
Secara bertahap, warga pun mulai menempati bangunan rumah baru kawasan permukiman tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/02/17085881/potret-rakyat-kecil-yang-murung-di-kampung-gembira-gembrong