"Enggak stres karena punya iman, kalau enggak ada iman sudah stres, dan mungkin pindah alam," ucap Nurul ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (3/2/2024).
Nurul merintis usaha konveksi bersama keluarganya kurang lebih selama 15 tahun. Namun, kehadiran Pandemi Covid-19 saat itu, membuat usahanya tutup sementara.
"Pernah kami tutup sementara karena kondisi pandemi Covid yang sangat tinggi," sambung Nurul.
Menurut dia, usaha konveksinya bisa terpuruk di tengah Pandemi Covid-19, karena diterapkannya program Belajar dari Rumah (BDR), sehingga siswa tidak membutuhkan seragam.
Begitu pula dengan perkantoran yang harus membuat kebijakan work form home untuk karyawannya, sehingga tidak membutuhkan seragam lagi.
Kondisi tersebut yang membuat omset konveksi Nurul merosot drastis. Padahal menurutnya, banyak perusahaan yang setidaknya satu tahun sekali menggunakan jasa konveksinya untuk membuat seragam.
"Padahal setiap tahun sekali pasti ada. Tapi, karena Pandemi Covid-19 maka biaya untuk pembuatan seragam dialokasikan untuk pengobatan dan pemulihan," ungkapnya.
Bukan hanya usaha konveksinya yang merosot, usaha event organizer Nurul juga terpuruk akibat Pandemi Covid-19.
"Datangnya Pandemi Covid-19 membuat usaha kami terpuruk terutama di bidang event organizer, karena kebijakan dari Pemerintah di mana sekolahan atau perusahaan dilarang untuk mengadakan acara berkumpul," kata Nurul lebih detail.
Meski begitu, Nurul tak pantang menyerah. Di tengah kasus Pandemi Covid-19 yang mulai mereda, ia coba untuk bangkit dengan memproduksi produk sendiri berupa masker.
Berkat inovasi tersebut, di tahun 2023 keadaan usaha Nurul mulai membaik, dan mengalami kenaikan omset hingga 40%.
Saat ini, Nurul mulai mempekerjakan lagi para karyawannya, meski belum semua.
"Sekrang karyawannya lima orang, karena masih masa pemulihan," ucap Nurul sambil menutup wawancara.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/03/08495971/perjuangan-nurul-syaifudin-usaha-tutup-akibat-covid-19-dan-kini-kembali