Adrianus menyampaikan, kematian korban berinisial EA (51), AIL, JWA (13), dan JL (18) bukan karena kesehatan mental, melainkan masalah sosial.
"Artinya titik masalahnya bukan pada masalah yang kita sebut sebagai masalah kesehatan mental. Pada konteks kasus ini kelihatannya masalah kesehatan mentalnya mungkin tidak terlalu masalah," ujar Adrianus saat dihubungi, Selasa (12/3/2024).
Keluarga umumnya saling menopang apabila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan mental.
Namun, dalam kasus kematian EA, AIL, JWA, dan JL, korban justru memilih mengakhiri hidupnya bersama-sama.
"Ini tentu ada masalah lain yang menjadi akar masalahnya. Saya duga ini masalahnya soal finansial yang menekan, utang yang besar yang mungkin harus dibayar," ungkap dia.
Adrianus tak menutup kemungkinan jika satu keluarga itu telah berupaya mencari pinjaman untuk menutupi utangnya. Lantaran usaha tersebut gagal, maka keempat korban berembuk dan sepakat untuk bunuh diri.
"(Masalah keuangan menjadi motif bunuh diri) sejauh ini masih guessing (dugaan), karena saya juga membacanya dari berbagai berita saja," papar Adrianus.
"Kalau dilihat dari banyak kasus, memang masalah finansial, kalau memang ada, bisa menjadi sedemikian menekannya," tambah dia.
Kesimpulan ini didapatkannya karena beberapa kasus menunjukkan hubungan antara masalah keuangan dengan motif bunuh diri.
Kendati begitu, Adrianus menegaskan bisa saja ada hal lain yang menjadi alasan keempatnya nekat melompat dari lantai 22 gedung apartemen.
"Apakah ada hal yang lain (soal motif kematian), bisa saja. Cuman untuk sementara sebelum kepolisian melansir semua data, maka kami berpendapat seperti itu," tuturnya.
Kata Adrianus, berdasarkan rekaman kamera CCTV, dua anak yang menjadi korban bunuh diri, yakni JWA dan JL tampak sudah meyakini untuk melancarkan aksinya.
Bersama dengan orangtuanya, kedua korban langsung masuk ke lift apartemen menuju lantai atas.
"Mengindikasikan bahwa anaknya pun sudah determinatif, sudah berbulat diri. Soal berbulat dirinya itu kenapa? Apakah mereka memang diyakinkan oleh ayah ibunya untuk mati juga, atau dari awal mereka memang ingin mati dengan alasan yang berbeda," jelasnya.
Sementara itu, Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya mengungkapkan polisi masih mendalami motif kematian keempat korban.
"Masih didalami (motif bunuh diri karena utang). Saya belum sampai pada kesimpulan itu," sebut Agus melalui pesan singkat, Minggu (10/3/2024).
Jasad EA, AIL, JWA dan JL pertama kali ditemukan Sabtu (9/3/2024) pukul 16.15 WIB. Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, korban ditemukan tewas di depan lobi apartemen dalam kondisi yang mengenaskan.
"Empat mayat tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri lompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan. Untuk penyebab bunuh diri tersebut belum diketahui," tutur Gidion saat dikonfirmasi.
Berdasarkan identifikasi tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polres Metro Jakarta Utara, ditemukan beberapa luka pada tubuh korban antara lain kepala belakang pecah, pinggang patah, hingga kedua tangan dan kaki patah.
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/12/16282341/sekeluarga-bunuh-diri-di-apartemen-penjaringan-kriminolog-duga-berkaitan