Salin Artikel

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

BEKASI, KOMPAS.com - Aloysius Bernanda (47), seorang pria di Bekasi menjadi korban penipuan program beasiswa doktoral (S3) di Filipina oleh pelaku berinisial BTC.

Menurut pria yang akrab disapa Loys itu, masih ada ratusan orang yang bernasib sama sepertinya dari berbagai daerah di Indonesia.

"(Total korban) 207. Tersebar dari berbagai daerah, kemarin saya sempat tanya-tanya ada yang dari Aceh, Medan, bahkan dari Papua, Manado, Kalimantan," ujar Loys kepada wartawan, Kamis (18/4/2024).

Sementara korban dari Bekasi, kata Loys, berjumlah lima orang termasuk dirinya. Di antara mereka ada yang merupakan sepasang suami-istri.

Loys mendaftar program beasiswa S3 di Filipina pada Desember 2023. Namun hingga sekarang, perkuliahan tak kunjung terlaksana sehingga ia menuntut pertanggungjawaban.

Sederet kejanggalan

Aloysius menuturkan, dia dan ratusan korban lainnya yakin BTC tidak menipu karena pernah memberangkatkan mahasiswa untuk kuliah di Filipina.

Kejadian bermula saat Loys melihat sebuah iklan program beasiswa kampus Philipines Women University (PWU) di media sosial pada November 2023.

"Ada nomor kontak di situ (Instagram) saya kontak lah nomornya, sama adminnya itu dimasukan ke WhatsApp grup. Waktu itu saya di angkatan (batch) empat," kata Loy, Kamis (18/4/2024).

Untuk meyakinkan program beasiswa tersebut benar adanya, Loys mengecek keaslian ijazah dari para alumnus PWU. Sampai sejauh itu, ijazahnya juga sudah disetarakan.

Dari hasil pengecekan itu, Loys dan para korban lainnya yakin dengan adanya program beasiswa doktoral yang dibuka BTC.

Pada Desember 2023, Loys ternyata dipindah ke batch lima karena mahasiswa angkatan sebelumnya sudah mau kuliah. Mereka juga diminta lunasi biaya pendaftaram hingga 31 Desember 2023.

Loys juga diiming-imingi beasiswa parsial sehingga ia hanya membayar Rp 30 juta. Loys akhirnya membayar pendaftaran itu dengan cara dicicil dua kali pada 14 dan 18 Desember 2023.

Loys mulai merasa curiga karena program S3 itu diperpanjang hingga Januari 2024. Padahal, kuota calon mahasiswa sudah terlalu banyak.

Kecurigaan Loys semakin kuat saat pihak penyalur berencana memindahkan semua calon mahasiswa batch 5 PWU ke salah satu kampus di Malaysia.

Sampai memasuki April 2024, perkuliahan tak kunjung terlaksana sehingga para korban menuntut pertanggungjawaban.

Akhirnya, Loys melaporkan BTC ke Polres Metro Bekasi Kota dengan nomor registrasi LP/B/IV/2024/SPKT/Polres Metro Bekasi Kota, Senin (8/4/2024).

Uang dipakai "trading"

Loys terkejut saat ia meminta pertanggungjawaban BTC. Terduga pelaku BTC malah berdalih bahwa uangnya sudah digunakan untuk trading.

"Sampai akhirnya si pengelolanya Pak B ini bilang, 'Wah uangnya saya pakai untuk trading dan saya loss', sudah semakin marah kita (para korban)," ujar Aloysius, Kamis (18/4/2024).

Aloysius menuturkan, berbagai macam alasan dilontarkan BTC saat para korban menuntut pertanggungjawaban.

"Terus akhirnya (BTC bilang), 'Saya tidak bisa membayar, saya bersedia dipenjara', macam-macam (alasan). Itu kira-kira (ngomong) pada Maret," tuturnya.

Dari situ, Loys dan ratusan korban lainnya curiga bahwa BTC diduga telah melakukan tindak pidana penipuan lewat program beasiswa S3 ke Filipina.

Aloysius mengaku pernah mendatangi tempat tinggal BTC di Apartemen Mutiara Bekasi. Namun, BTC disebut tidak berani menemui para korbannya.

"Sekarang saya enggak tahu dia di mana. Yang jelas kami pernah datang ke apartemennya, beliau enggak mau menemui," ucapnya.

Kerugian capai Rp 6 miliar

Ratusan orang tertipu program beasiswa doktoral (S3) ke Filipina yang diduga dilakukan seorang pria inisial berinisial BTC lewat sebuah agensi pendidikan di Kota Bekasi.

Loys setiap korban menyetor uang pendaftaran Rp 30 juta kepada BTC pada Desember 2023.

"Ada 207 orang di angkatan saya, satu orang itu kan Rp 30 juta, berarti kerugiannya itu Rp 6 miliar lebih," ujar Loys, Jumat (19/4/2024).

Aloysius mengatakan, ratusan korban itu merupakan tenaga pendidik yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3.

"Memang sebagian besar ini dosen, tenaga pendidik, ada konsultan, ada pebisnis, ada PNS. Korbannya ini ada yang dari Aceh dan paling Timur itu ada Papua. Semua kota di Jawa ada, Sumatera juga," ujar dia.

Kepada para korbannya, BTC mengaku siap dipenjara jika sampai 5 Mei 2024 tidak mengembalikan uang para korban.

Adapun BTC dikenal sebagai salah satu tenaga pengajar di kampus yang berlokasi di Jakarta. Namun Loys enggan mengungkapkan kampus tempat BTC bekerja.

"Terlapor ini yang kami cek memang dia pengajar di sebuah kampus. Kalau dilihat memang sudah terbiasa di bidang bisnis pendidikan. Track record-nya di bidang bisnis pendidikan," ujar Aloysius.

Dalam membuka program beasiswa S3 ke Philipines Women University (PWU), BTC dibantu dua rekannya.

"Jadi Pak B ini yang utama, kemudian ada P yang mengejar-ngejar kami untuk bayar, ada juga Mas Y, beliau admin yang berinteraksi dengan kami," ucap dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2024/04/20/10494321/berniat-melanjutkan-studi-ke-filipina-ratusan-calon-mahasiswa-s3-malah

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke