Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neil, dari Spanyol Menebar Tawa

Kompas.com - 01/08/2009, 09:12 WIB

Dengan bersepeda, dia merasa bisa mencium bau tanah, merasakan cuaca, dan dekat dengan alam. ”Saya tak suka kecepatan, tak suka kendaraan polutif,” katanya.

Takut bus

Dia tak takut melewati daerah berbahaya, juga tak takut akan kelaparan. ”Jika kita takut penderitaan, kita akan menderita ketakutan selamanya,” ujarnya.

”Saya hanya takut kepada sopir bus dan truk yang ugal-ugalan. Serius, ini menakutkan saya karena ada teman yang meninggal karena tertabrak bus,” katanya.

Apalagi di Indonesia pada umumnya, Neil mengkritik perilaku pengguna jalan yang tak punya rasa hormat kepada pengendara sepeda.

Dengar juga gugatan lainnya. ”Sebagian orang Indonesia itu ramah, tetapi mereka tak peduli lingkungan. Mereka membuang sampah sembarangan. Jakarta yang polutif seperti ini membuat saya sedih,” katanya.

Pesan Neil, jangan remehkan pesepeda. Bagi mereka, bersepeda adalah pilihan ideologi ramah lingkungan dan tak bisa diganggu gugat, apalagi oleh mereka yang setiap hari mencemari Bumi dengan asap kendaraan.

Ia selalu mencatat kejadian-kejadian unik dan penting, baik di buku harian maupun di situs web. Kabar terbaru dari Neil adalah pertemuannya yang mengejutkan dengan sesama pengelana dunia, Jean Beliveau (www.wwwalk.org).

Beliveau adalah warga Kanada yang juga keliling dunia sejak tahun 2000 dan berencana hingga 2011. Neil pernah bertemu Beliveau di Peru, tujuh tahun lalu. Kini mereka bertemu tak sengaja di warung tegal di daerah Tangerang.

Pengalaman menjengkelkan juga dia ceritakan ketika menapaki jalanan Sumatera dengan tanjakan dan turunan ekstrem. ”Benar-benar tak ada jalan untuk pesepeda,” katanya.

Penduduk lokal juga tak banyak membantu di jalanan Sumatera. Pengendara mobil dan sepeda motor berperilaku buruk. ”Mereka selalu membunyikan klakson setiap saat. Terkadang meneriaki saya saat saya berada di tengah tanjakan,” paparnya.

Di jalan yang dilewati sepanjang 65.089 kilometer, Neil selalu mencatat pengalamannya, baik positif maupun negatif. Sayangnya, di jalan juga, perilaku sesungguhnya sebuah bangsa selalu terkuak. Oleh karena itu, tetaplah tersenyum dan murah hati, jangan ugal-ugalan jika ingin dianggap bangsa yang ramah. (AMIR SODIKIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com