Jakarta, Kompas -
”Bos kurang, tambah lagi. Kalau di sini bayarnya Rp 5.000,” kata seorang pemuda kepada Kompas dan beberapa pengemudi mobil lain. Beberapa pemuda lainnya mengawasi dengan wajah tidak ramah dan mengintimidasi.
Kondisi serupa terjadi di lokasi parkir motor. Pengendara motor dikutip uang Rp 2.000 untuk sekali parkir di Pancoran.
Ah Nyan, Ketua RW 02 Kelurahan Glodok, Kecamatan Taman Sari, mengaku, perilaku para pemuda yang jumlahnya diperkirakan seratus orang itu sangat meresahkan warga setempat.
”Mereka bukan warga Glodok. Mereka mulai menguasai jalanan sejak perjudian dihapuskan oleh Kapolri Sutanto,” kata Ah Nyan.
Bahkan, beberapa waktu lalu, polisi harus melepaskan tembakan untuk membubarkan kelompok pemuda yang mengerubuti seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Barat yang menolong seorang ibu muda korban pemalakan parkir.
Warga, ujar Ah Nyan, dicekam ketakutan, tetapi tidak berani melawan. Para pemuda itu menguasai lahan parkir, pedagang kaki lima, dan ruang publik di kawasan perdagangan penting Glodok-Pancoran dan Pinangsia, Jakarta Barat.
Jacky Sutiono, Ketua Paguyuban Kota Tua, membenarkan keluhan Ah Nyan. ”Ada indikasi kuat mereka menyetor kepada oknum tertentu sehingga leluasa mengutip parkir semaunya dan memalak pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima yang ditertibkan kini mulai merajalela karena sudah membayar perlindungan. Semestinya, ada pengaturan waktu pedagang kaki lima jualan, misalnya pada petang hingga malam, supaya kawasan Pancoran hidup kembali seperti masa lalu,” kata Jacky.
Saat ini, ratusan pedagang kaki lima yang dahulu ditertibkan dari kawasan Pancoran dan Pinangsia kembali memenuhi ruang publik yang dengan susah payah ditertibkan semasa Wali Kota Fajar Pandjaitan memimpin Jakarta Barat.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy G Rafly yang dihubungi meminta warga berani melaporkan oknum polisi, baik di pos polisi maupun di polsek setempat, yang diduga membekingi para juru parkir liar yang meresahkan itu. Kelompok pemuda itu bukan warga DKI Jakarta, dan tinggal menggelandang di tanah kosong di sebelah bekas pertokoan Gloria.