Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prya Ingin Menjadi "The Next" Bang Ali

Kompas.com - 17/04/2011, 15:52 WIB
Sabrina Asril

Penulis

Untuk pencalonan ini, apa sudah ada meminta masukan dari tokoh-tokoh masyarakat atau mungkin gubernur-gubernur sebelumnya? Saya belum jalan ke gubernur-gubernur tapi ke tokoh masyarakat di wilayah-wilayah sudahlah dilakukan minta restu dan masukan. Komunitas Betawi, ada juga yang bukan Betawi, dari Sunda, Jawa, atau tokoh masyarakat di lingkungan, siapa pun lah.

Untuk program sosmas bagi rakyat miskin bagaimana? Saya tidak akan memberikan materi, tapi saya ingin bagaimana membangun kelurahan dari pemuda. Kita di kelurahan banyak anak-anak yang berinovasi. Nah, ini bagaimana kita buat program kelurahan, merangkul ahli, dan menggandeng LSM. Untuk mengembangkan perekonomian di situ. Kita lakukan pelatihan, tapi harus ada ahlinya di kelurahan. Ahlinya bisa dari universitas, atau dari LSM. Nah, di situ biar dia enggak jatuh miskin terus. Kalau kita kasih duit itu dia enggak maju-maju, harus kita rangsang dia. Dan memberikan pemahaman kepada pemuda jangan sampai takut berinovasi atau berkreasi karena kita akan membantu mereka dalam hal penelitian. Jadi, membangunlah dari kelurahan, ibu-ibu juga demikian. Banyak anak-anak kita yang kreatif cuma sering terbentur dengan modal. Jadi kita bantu bagaimana supaya produk mereka bisa dipasarkan.

Masyarakat tinggal di pinggir kali bagaimana? Mereka harus diberikan pemahaman, kalau mendiamkan mereka sama saja melanggar hak asasi mereka. Hak asasi bahwa mereka harus dapat tempat yang layak. Berikan tempat yang nyaman, saya sudah berkali-kali bicara dengan gubernur. Ini yang kurang koordinasi. Saya turun ke lapangan saya tanya, kali ini kan memang harus dibersihkan mau enggak pindah ke rusun? Mau mereka, tapi kita harus bikinnya di situ mereka kan kerja di situ. Jangan kita pindahin orang Jatinegara ke Cakung. Enggak mau mereka, mending tinggal di tempat yang sering banjir. Kalau pindah ke Cakung transportasinya bagaimana? Kita harus berpikir masyarakat kelas ini berpikir bagaimana hidup besok. Kadang-kadang kita bikin rusun, kita enggak tahu untuk siapa.

Soal banjir, apa langkah yang sudah dilakukan pemprov sudah benar apa yang perlu ditambahkan? Langkah sudah benar seperti BKT. Kita harus koordinasi juga dengan daerah sekitar seperti Bogor. Bagaimana bicara mereka di situ-situ dengan pemerintah pusat. Di Bogor kan banyak situ, tetapi mereka bingung katanya tanggung jawab pemerintah pusat. Mau dianggarkan juga kan enggak bisa, ini harus duduk sama-sama pemerintah pusat dan daerah sekitar. Misalnya di wilayah sekitar supaya tidak dibangun. Apa timbal balik kita (Jakarta) ke mereka? Kan mereka juga harus dapat PAD (pendapatan asli daerah), dengan tidak dibangun kan mereka hilang PAD-nya. Jadi Jakarta harus memberikan kompensasi yang pas, untuk PAD-nya mereka.

Ke depan, apabila terpilih sebagai Gubernur, Anda melihat Jakarta itu sebagai kota yang bagaimana? Kota jasa. saya lihat potensi Jakarta itu ada pada di sektor jasa, karena sumber daya alamnya kita enggak punya, makanya harus digenjot sumber daya manusianya. Jakarta punya kemampuan sebagai kota jasa karena di sini pusat pemerintahan, bisnis dan ekonomi. Tentu untuk menjadikan Jakarta seperti Singapura yang terkenal sebagai kota jasa, harus dibenahi dulu infrastrukturnya. Masak sih Jakarta ini enggak bisa dengan segitu banyaknya warga.

Selama ini, budaya Betawi yang merupakan budaya asli Jakarta terkesan terpinggirkan. Bagaimana menjadikan budaya Betawi ini jadi aset daerah dan mampu menggairahkan sektor pariwisata? Budaya Betawi ini memang bisa berpotensi, tetapi sayangnya saya lihat tidak digarap oleh pemerintah. Tidak di manage secara baik. Contohnya saja, budaya Betawi ini kan terkenalnya ada di Situ Babakan itu kan, orang di suruh kesana, terus apa? Harusnya di sana itu kalau mau genjot budaya Betawi perlu ada pentas atau pertunjukan seni Betawi. Pentas Betawi juga perlu dilakukan di tempat-tempat lain. Sehingga bisa dilihat setiap hari. Di bidang pariwisata, saya rasa kalau mau jadi kota jasa, pariwisata tidak bisa disepelekan. Bangun itu pulau Seribu, buat transportasinya yang baik. Kalau ditangani dengan serius, kita pasti bisa. Kalau saya diberikan kesempatan, saya ingin mengumpulkan para ahli EO begitu untuk memikirkan dan membuat konsep yang paling baik untuk pariwisata Jakarta dan buat sebuah event yang bikin orang-orang itu ingin datang ke sini. Seperti Bali, yang setiap bulan apa gitu orang-orang di seluruh dunia tau ada kegiatan seni. Di Singapura, ada Great Sale. Kita harus punya suatu acara yang bisa dijual ke luar.

Bagaimana dengan sektor pendidikan di DKI, perbaikan seperti apa yang perlu dilakukan? Saya rasa program sekolah gratis ini baik sekali. Tapi jangan hanya sembilan tahun, buat gratiskan sampai SMA. Buatlah anggaran yang memberikan porsi besar pada anak-anak kita yang pintar tapi tidak mampu. Jangan sampai anal-anak ini justru diambil negara lain. Selama saya jadi anggota dewan, saya sering bertemu warga yang akhrinya putus sekolah karena tidak tahu dan tidak mendapat bantuan soal biaya sekolah. Ini kan sangat menyedihkan. Kalau begitu, nantinya masa yang tinggal di Jakarta tinggal orang yang tidak berpendidikan, padahal SDM kita begitu berlimpah. Kita harus menjadikan anak-anak kita pintar-pintar, supaya Jakarta juga semakin maju.

Persoalan kesehatan di Jakarta sering sekali tekendala dengan masalah kartu Gakin atau layanan kesehatan yang tidak bersahabat dengan kebutuhan si miskin? Bagaimana pandangan Anda? Apa yang akan Anda lakukan? Soal Gakin, tetap diperlukan. Tapi saya minta, Gakin ini harusnya dibuat lebih simpel dan manusiawi permohonannya. Masa untuk urus kartu Gakin, orang itu harus sakit dulu, harus mendapatkan persetujuan dari RT, RW, Kelurahan yang bilang dia miskin. Apa tidak bisa dicarikan sistem yang lebih mudah? Bisa saja kerja sama dengan asuransi, berikan kartu Gakin, biarkan asuransi yang menilai. Lagi pula jangan takutlah memberikan kartu Gakin, siapa sih yang bakalan manfaatin kartu itu untuk tidur di rumah sakit? Kan enggak (ada). Sekarang ini pengajuan gakin itu sangat tidak manusiawi. Setelah sudah diajukan, dia harus lagi menunggu apakah dia termasuk yang bisa dibantu apa tidak, keburu sakit orangnya kan! Sangat tidak manusiawi.

Jakarta makin hari makin padat, rasanya sudah tidak semakin nyaman, polusi semakin tinggi. Apakah ada strategi untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup ibukota? Kita harus konsisten dan melanjutkan, kalau perlu ruang terbuka hijau itu ditambah lagi, taman-taman publik harus diperbanyak. Sekarang Jakarta ini makin padat, orang juga semakin penat. Nah, untuk melepaskan kepenatan taman kota ini penting, sekaligus kan juga bisa menciptakan interaksi di antara warga. Selain itu, ketersediaan air di Jakarta juga harus dijaga. Saya mulai mensosialisasikan ke masjid-masjid untuk membuat sumur resapan, salah satunya di Cut Meutia. Jadi, air wudhu itu jangan dibiarkan dibuang begitu saja, air wudhu itu kan sebenarnya bersih, jadi dimasukkan saja ke dalam sumur resapan dan disaring serta dipakai lagi. Kalau ada 500 masjid saja yang pakai sistem ini, saya rasa pelayanan air di Jakarta bisa lebih meluas.

Kalau soal peraturan gubernur kawasan dilarang merokok bagaimana? Saya terima keluhan banyak warga dan pengusaha yang nge-drop usahanya karena tempat dia dilarang merokok, akhirnya pindah ke tempat lain. Seharusnya untuk sementara ini diberikanlah tempat merokok seperti dulu, jangan langsung serta merta enggak boleh ngerokok di dalam gedung. Harus dibiasakan. Pelan-pelanlah.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com