Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monorel Riwayatmu Kini..

Kompas.com - 30/09/2011, 13:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Jakarta sudah akrab dengan pemandangan tiang-tiang monorel yang terpancang di Jalan Asia Afrika. Namun impian masyarakat untuk menikmati keberadaan monorel harus pupus lantaran Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyatakan bahwa proyek tersebut tidak akan dilanjutkan dan diganti dengan moda transportasi lain.

Menanggapi hal ini, mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso yang ikut menggagas alat transportasi modern ini bercerita kepada Kompas.com mengenai proyek yang akhirnya tidak lanjut lagi. Ia menuturkan bahwa awal mula proyek ini dicanangkan lantaran melihat Jakarta yang kian padat dengan kendaraan. Bukan hanya kendaraan dari warga Jakarta saja melainkan juga kendaraan dari warga Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang bekerja di Jakarta.

"Kendaraan dari tetangga kita, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi cukup banyak. Saat ini sudah lebih 700.000 unit. Mereka datang pagi dan memadati jalanan di siang hari dan saat pulang di sore hari," ujar Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, di Jakarta, Jumat (30/9/2011).

Melihat hal tersebut, lanjutnya, disusun tim yang terdiri dari pakar transportasi dan juga mendatangkan konsultan dari Bogota, Kolombia. Mengapa dipilih konsultan dari Bogota? Hal ini karena Bogota merupakan sister city dari Jakarta dan memiliki kesamaan masalah dengan Jakarta.

Setelah melakukan pengkajian, tercetuslah Pola Transportasi Makro Ibu Kota yang bertujuan untuk mengurai kemacetan ini. Dari Pola Transportasi Makro tersebut muncul empat moda transportasi massal yang terintegrasi yaitu Busway, Monorel, MRT dan Waterway.

"Busway itu direncanakan 15 koridor. MRT itu di bawah tanah. Monorel itu yang tiga meter di atas tanah. Kemudian ada juga waterway. Waktu itu saya meyakini bahwa konsep ini harus dijalankan. Saya mulai dengan yang mudah yakni Busway," ungkapnya.

Ia pun menjelaskan bahwa transportasi massal harus yang representatif dengan memenuhi empat kriteria yaitu aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau tiketnya. Dengan begitu, masyarakat dapat beralih ke moda transportasi massal ini. Empat moda ini terintegrasi dan mengakses wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Untuk wilayah Tangerang dan Bekasi dapat diakses dengan busway dan juga monorel yang disebut blueline. Sementara dari Utara ke Selatan, dapat menggunakan MRT yang terbentang dari Kampung Bandan hingga Lebak Bulus. "Nantinya subway ini akan diteruskan sampai Depok dan Bogor," imbuh Bang Yos.

Pada masa pemerintahannya, sudah ada 10 koridor yang tersedia. Hanya koridor VIII, IX dan X belum berjalan. Saat ini, 10 koridor sudah terealisasi sementara lima koridor lagi entah kapan akan beroperasi di Jakarta. Untuk MRT, masyarakat Jakarta juga harus bersabar hingga 2016 untuk dapat menikmatinya. Sementara Monorel yang rencananya juga dibuat melingkar kota dengan menghubungkan sentra perdagangan dan pusat ekonomi justru tidak lanjut. Padahal monorel ini dimaksudkan agar orang kantor beralih ke monorel.

"Monorel ini kan inisiatornya ada di BUMN Adi Karya. Pemda cuma ngasih lisensinya," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com