Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Keramahan Pedagang Susu

Kompas.com - 11/09/2012, 01:47 WIB

Di RT 03 RW 08, Desa Susukan, Kecamatan Bojong Gede, hanya penghuni rumah itu yang belum melaporkan data kependudukan. Asri, Ketua RT 03, belum pernah berjumpa langsung dengan penghuni rumah. Menurut rencana, kemarin pagi Asri hendak ke rumah itu untuk mendata penghuni rumah. Namun, rencana ini urung sebab pasukan antiteror terlebih dahulu menggerebek rumah itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga setempat, mereka menempati rumah itu sejak pertengahan Juli 2012. Namun, rumah itu kemudian ditinggalkan penghuninya akhir pekan lalu. Tidak ada satu pun warga setempat yang mengetahui keberadaan ketiga lelaki penghuninya. Berdasarkan kesaksian para tetangga, penghuni rumah itu adalah tiga lelaki berumur 25-35 tahun, yang salah satunya bernama Anwar.

Lolosnya pengawasan warga juga terjadi pada penghuni Yayasan Panti Asuhan Pondok Bidara di Beji, Depok. Ketua RT dan RW setempat tidak mengetahui identitas mereka. Warga baru mengetahui setelah rumah yang dipakai terduga teroris itu meledak Sabtu lalu.

Pusat kota

Terduga lainnya, Yusuf Rizaldi, dikenal para tetangganya sebagai pria yang ramah. Dia mengontrak sebuah rumah berukuran 2,5 meter x 8 meter di Jalan Petojo Binatu V RT 09 RW 08 Nomor 18, Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

Sikap Yusuf yang terbuka dan mau bergaul dengan tetangga membuat para tetangga tidak menyangka kalau dia terlibat dalam jaringan teroris. Nama Yusuf muncul sebagai pengontrak di Beji, Depok. Akhir pekan lalu, bom meledak di Beji.

”Rumah ini semula dikontrak mertua Yusuf yang sudah almarhum. Sekarang rumah kontrakan ini diteruskan oleh anak perempuannya yang kemudian dinikahi Yusuf,” ujar Hasan, pemilik rumah kontrakan di Petojo Binatu.

Pasangan ini menikah pada 2004. Mereka dikaruniai anak kembar dan sampai sekarang tinggal di rumah kontrakan berwarna biru itu.

Istri Yusuf membuka warung kelontong di rumahnya, sedangkan Yusuf berdagang bubur saban pagi. Pria yang selalu berpakaian gamis dan berpeci itu berkeliling dengan mengendarai sepeda motor. Sesekali Yusuf juga menjalankan pengobatan alternatif bekam.

Pendapatan dari usaha itu dipakai menutupi sewa rumah seharga Rp 100.000 per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com