Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Relawan, Menyentuh Korban Banjir yang Tak Tersentuh

Kompas.com - 22/01/2013, 12:13 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa pemuda bercelana pendek dengan kaus dan sandal gunung yang masih basah berkerumun di sekitar perahu karet di pos sukarelawan di Jalan Pluit Raya, Jakarta Utara. Mereka, yang belakangan diketahui adalah anggota mahasiswa pencinta alam, sedang bertukar informasi mengenai lokasi-lokasi korban banjir yang belum mendapat bantuan. Merekalah salah satu penyelamat bagi korban banjir yang berada di lokasi tak terjangkau.

Seperti diberitakan, sudah hampir seminggu ini Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, digenangi banjir. Sejak Kamis (17/1/2013) hingga Selasa (22/1/2013), air yang menggenangi wilayah ini masih mencapai ketinggian 80 sentimeter. Luasnya wilayah yang terdampak banjir diperparah dengan sulitnya akses menuju lokasi banjir, khususnya yang berada di permukiman padat dan gang-gang sempit.

Di wilayah tergenang itu, posko relawan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) yang bergabung dengan relawan mahasiswa se-Jabodetabek (Pusat Koordinasi Daerah/PKD) menjadi salah satu tujuan korban banjir untuk mendapatkan bantuan makanan dan pengobatan. Namun, bantuan tak sembarangan diberikan. Dengan manajemen yang apik, para relawan mahasiswa ini ingin memastikan bantuan sampai cepat ke pihak yang tepat.

Koordinator lapangan pos relawan Mapala UI, Mohammad Sofyan atau biasa disapa Uta, menjelaskan, sebelum menyalurkan bantuan, seluruh tim dikerahkan untuk melakukan tinjauan lokasi. Targetnya jelas, menyentuh korban banjir yang belum tersentuh.

Distribusi bantuan di wilayah ini umumnya dilakukan dengan menggunakan truk-truk milik TNI. Truk-truk ini cukup tangguh menembus banjir yang hingga Kamis, pukul 11.00, ketinggian air masih mencapai sekitar 80 sentimeter. Namun, karena bentuknya yang besar, truk tak dapat masuk ke jalan yang sempit. Distribusi bantuan sering kali dilakukan di tengah jalan dengan cara dilempar langsung dari atas truk pada korban banjir yang berkerumun.

Untuk menembus lokasi yang sulit dijangkau tersebut, Mapala UI mengerahkan dua buah perahu karet dan dua buah kayak. Sementara PKD mengerahkan dua buah perahu karet milik BNPB. Dengan enam kendaraan air itulah, para relawan mahasiswa bergantian masuk ke titik banjir di sekitar Kampung Luar Batang, Rawa Bebek, dan Kampung Muara Baru.

"Kami data dulu bantuan yang diperlukan, minta nomor teleponnya, dan kalau stok bantuannya ada, baru kita hubungi. Bisa diambil di pos, atau kita antar ke sana," kata Uta, saat ditemui Kompas.com, di pos relawan Mapala UI.

Seluruh mahasiswa relawan yang jumlahnya mencapai puluhan ini silih berganti meninjau lokasi dan mendistribusikan bantuan. Dalam sehari, mereka bisa belasan kali bolak-balik ke titik banjir yang sulit dijangkau, termasuk ke Kampung Muara Baru, yang perlu waktu mendayung sekitar lima jam untuk bolak-balik ke titik tersebut.

Bantuan yang diberikan juga sangat bervariasi, mulai dari makanan, pakaian, selimut, sampai obat-obatan berikut tenaga medisnya. Sumber bantuan berasal dari banyak pihak, didata, dan didistribusikan dengan sangat selektif. Dengan "kendaraan" airnya itu, mahasiswa bisa menyentuh mereka yang selama ini tak tersentuh bantuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com