JAKARTA, KOMPAS -
Asap keluar dari persambungan antara kereta pertama dan kedua. Saat itu, KRL baru saja tiba dan penumpang tengah bergegas turun.
Namun, kebakaran itu mengakibatkan pintu KRL tidak dapat dibuka. Penumpang yang terjebak menjadi panik. Penumpang berdesakan tidak terelakkan karena mereka berusaha mendekati pintu. Maklum saja karena peristiwa ini terjadi pada jam padat, yakni pukul 09.25.
Suasana di dalam kereta menjadi histeris dan penuh umpatan. Tangis anak kecil dan rintihan para wanita yang terimpit semakin membuat suasana hiruk pikuk.
Kepanikan juga terjadi pada penumpang di luar KRL. Mereka berteriak ”kebakaran” sambil menunjuk ke bagian atas kereta. Tampak asap hitam turun dari atas gerbong. Bau karet terbakar menjadi pertanda ada komponen mesin yang dilalap si jago merah.
Joice (39), karyawati, adalah salah seorang penumpang yang berada di kereta tersebut. Dia mengaku suasana di dalam kereta bertambah histeris ketika ternyata tidak ada satu pun petunjuk teknis penyelamatan darurat yang ditempel atau diberitahukan oleh pihak kereta.
”Penumpang merasa dibiarkan. Suasana penuh kepanikan dan berisiko, tetapi tiada petunjuk atau perintah penyelamatan darurat. Bagaimana jika ada korban?” ujarnya.
Peristiwa ini berlangsung sekitar lima menit. Pintu kemudian bisa terbuka. Joice yang kecewa dengan ketiadaan upaya penyelamatan dari pihak stasiun lantas mendatangi petugas stasiun. Petugas yang dia temui memilih bergeming.
”Saya kecewa dengan pengelola kereta dan pihak stasiun. Tidak ada penjelasan sama sekali dari mereka. Harga tiket semakin naik, tetapi pelayanan keselamatan penumpang tidak meningkat,” katanya.