Timun Mas dipanggungkan secara megah di Istora Senayan. Panggung yang luas, dilengkapi dua balkon di sayap kanan dan kirinya, tata cahaya yang elok, serta multimedia yang mendukung pementasan membuat pertunjukan menyulap cerita yang cuma di angan-angan menjadi nyata.
Penonton bisa menyaksikan hutan dengan laron-laron yang beterbangan saat Timun Mas bercengkerama dengan kawan-kawannya para penghuni hutan. Di lain waktu ada juga batu-batu gunung berdiri keras saat pasukan raksasa muncul. Ada pula balkon kerajaan yang mewah tempat Raja dan Ratu bercengkerama.
Drama Musikal Timun Mas yang digelar di Istora Senayan, 29-30 Juni 2013, adalah kisah tradisi yang dipanggungkan secara megah. Sebelumnya ada Jabang Tetuka, Gatotkaca, dan beberapa cerita yang berakar dari tradisi. Namun, jika ditarik garis, tampaknya ada kecenderungan yang sama, yakni menginikan kisah-kisah itu dengan menambah dan mengurangi perkisahan yang selama ini dikenal oleh masyarakat.
Entahlah, kecenderungan ini akan membangkitkan kecintaan anak-anak terhadap kekayaan cerita rakyat kita, atau justru malah menjauhkan anak-anak itu dari akar tradisi yang kita miliki.
Demikian juga yang terjadi pada Drama Musikal Timun Mas.
Alkisah, Raja dan Ratu sedang menunggu dengan bungah kelahiran anak mereka yang telah lama dinantikan. Namun, kebahagiaan ini tidak dirasakan oleh kakak Raja yang bernama Budhe Tami, sebab putrinya yang bernama Mawar selama ini telah dianggap sebagai anak sendiri oleh Raja dan Ratu. Kelahiran sang putri tentu saja akan membuat Mawar kehilangan kesempatan menjadi yang utama.
Budhe Tami yang memuja penguasa kegelapan Miss Mirroski rupanya berniat buruk. Dia meminta bantuan Miss Mirroski untuk menculik sang putri yang baru lahir. Melalui anak buahnya, serigala bernama Wolfie, Miss Mirroski menculik sang putri. Setelah berhasil diculik, sang putri pun disimpan dalam sebuah timun raksasa, lalu dibuang ke sungai di dekat istana. Di akhir kisah, sang putri hidup bahagia bersama Raja dan Ratu karena dia senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Kuasa.
Bandingkan dengan kisah Timun Mas yang kita kenal selama ini: Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama Mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian karena Mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore, pergilah Mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan di tengah jalan bertemu dengan raksasa yang sangat besar. "Hei, mau ke mana kamu?” tanya si raksasa. "Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi izinkanlah aku lewat," jawab Mbok Sarni. "Ha-ha-ha-ha… kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap," kata si raksasa. Lalu Mbok Sarni menjawab, "Tetapi aku tidak mempunyai anak."
Setelah Mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, si raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, "Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.