Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Mau Punya Gubernur yang Biarkan Warganya Langgar Aturan?

Kompas.com - 11/07/2013, 13:39 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Adanya suara dari PKL yang menyebut era Fauzi Bowo lebih enak ketimbang era Joko Widodo tidak mau diambil pusing oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Pemprov DKI tetap akan tegas menata mereka agar tidak membuat kemacetan di jalan Ibu Kota.

"Ya, bagus dong. Makanya sekarang Anda mau gubernur yang membiarkan Anda melanggar peraturan atau mau gubernur yang menegakkan peraturan," ujar Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (11/7/2013).

Basuki justru mempertanyakan kenapa PKL itu lebih memilih berdagang di luar daripada di dalam gedung. Padahal, di dalam pasar masih banyak tempat yang kosong dan keamanannya akan lebih terjamin.

Selain itu, apabila PKL-PKL itu masuk ke dalam pasar, maka dapat meminimalisasi kemacetan di wilayah itu. Basuki menargetkan tiga wilayah yang akan steril dari PKL, yaitu Tanah Abang, Pasar Minggu, dan Jatinegara. Basuki juga mengimbau kepada pedagang untuk jangan memercayakan oknum yang "memeras" hingga jutaan rupiah untuk dapat berjualan di bahu jalan.

"Kenapa kamu bodoh, sih, mau bayarin sewa sama orang yang enggak jelas juntrungannya? Kita enggak mau tahu, kalian harus tetap pindah," tegas Basuki.

Selain melanggar Peraturan Daerah (Perda), bahkan Basuki juga mengancam melaporkan perbuatan mereka ke pihak kepolisian apabila masih terus membandel tetap berjualan di bahu jalan. PKL di Tanah Abang rencananya akan ditertibkan dan dimasukkan ke dalam Blok G Pasar Tanah Abang.

Pemprov DKI pun menyatakan kalau lokasi itu telah siap untuk ditempati PKL. Namun, satu permasalahannya, PKL masih saja menolak untuk berdagang di dalam pasar dan berpikiran kalau pendapatannya akan berkurang setelah berjualan di dalam pasar.

"Mereka itu bukan enggak mau dagang di dalam pasar. Banyak dari mereka sudah masuk terus keluar lagi. Kalau kayak begitu, saya bisa tutup Tanah Abang. Prinsipnya, Anda boleh dagang, tapi jangan dagang di jalan karena buat macet, itu saja," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

    9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

    Megapolitan
    Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

    Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

    Megapolitan
    Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

    Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

    Megapolitan
    [POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

    [POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

    Megapolitan
    Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

    Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

    Megapolitan
    Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

    Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

    Megapolitan
    Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

    Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

    Megapolitan
    Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

    Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

    Megapolitan
    Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

    Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

    Megapolitan
    Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

    Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

    Megapolitan
    Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

    Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

    Megapolitan
    Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

    Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

    Megapolitan
    Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

    Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

    Megapolitan
    Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

    Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

    Megapolitan
    Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

    Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com