Yusbianto, ketua RT tempat Sigit dan ibunya tinggal di Jalan Danau Mahalona 78, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menyebut hubungan Sigit dan ibunya sangat dekat. Mereka hanya tinggal berdua di rumah tersebut.
"Istilahnya tempat curhat sehari-harinya Sigit-lah . Kalau ada apa-apa si ibunya dipeluk. Sigit enggak pulang, dicariin. Disuruh pulang," kata Yusbiantoro, Minggu (14/7/2013).
Selain Sigit dan ibunya, keluarga itu masih memiliki kakak tertua, Bambang, yang sudah berkeluarga di Semarang, Jawa Tengah. Dia bekerja sebagai kapten di salah satu kapal pesiar. Hanya sesekali dia menengok Aminih dan Sigit di Jakarta. Adapun ayah Sigit dan dua kakak lainnya telah meninggal dunia.
Menurut Yusbianto, perilaku aneh mulai diperlihatkan Sigit sejak tahun 2006. "Kalau penyebabnya, saya sebagai tetangga melihat, seperti misalnya kayak orang mau jadi direktur tapi enggak tercapai. Seperti itulah kurang lebih," ujarnya.
Saking sayangnya
Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan mengatakan kemungkinan memang Sigit yang memutilasi jenazah ibunya. Namun, belum dipastikan apakah dia juga yang membunuh ibunya.
Dari barang bukti berupa sayatan daging, tulang dan tengkorak di rumah tersebut, Siti Aminih diperkirakan telah meninggal lebih dari sebulan yang lalu. Sigit mengakuinya saat diinterogasi polisi.
"Hasil interogasi Sigit, ibunya sakit dan terjatuh beberapa hari lalu, kemudian meninggal," ujarnya.
Setelah Aminih meninggal, Sigit sangat kehilangan. Berdasarkan pengakuannya, dia mengusap memeluk dan memelihara jenazah sang ibu, bukan menguburkannya. Namun, lambat laun, jasad itu membusuk hingga mengeluarkan ulat.
Melihat hal itu, Sigit khawatir. Ia tak mau mayat ibunya membusuk. Kemudian, dia memotong dan memisahkan daging dengan tulangnya. Kepala sang ibu diletakkan di dalam baskom hijau. Tulang belulangnya disusun rapi di atas nampan hijau dan dagingnya dimasukkan di dalam karung.
Polisi menduga Sigit menggunakan pisau dapur biasa saat memutilasi jenazah ibunya. Dua pisau dapur tergeletak di samping potongan organ di dalam kamar tersebut.
Terungkap oleh kakak
Terungkapnya kasus tersebut bermula saat sang kakak sulung, Kapten Bambang datang ke rumah, Sabtu (13/7/2013), jelang tengah malam. Ia terkejut karena tak mendapati sang ibu. Sigit yang ditemuinya tengah tercenung sendirian di ruang tengah. Ditanya keberadaan sang ibu, Sigit hanya menjawab "meninggal" tanpa memberitahu keberadaan makamnya.
Bambang kemudian mengadu ke Yusbianto, ketua RT, beserta seorang tetangganya. Bersama mereka, Bambang kembali masuk ke dalam rumahnya dan memeriksa satu per satu ruangan.