Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2013, 10:19 WIB

Nirwono Joga, Pengamat Tata Kota

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta miskin inisiatif dalam menormalisasi kawasan pengendali banjir, yakni waduk. Contohnya penataan Waduk Pluit dan rencana penataan Waduk Ria Rio terkesan dikerjakan hanya karena dipaksa oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Normalisasi waduk ini sebenarnya program dinas atau program Jokowi? Ini kan jadi aneh, padahal dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI 2030 diamanatkan ruang terbuka biru harus mencapai lima persen dari luas wilayah DKI, dan sekarang baru 3 persen.

Waduk di DKI Jakarta memang ada yang dikelola Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kemen PU, namun seharusnya Pemprov DKI melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Rencananya, ada 11 waduk baru sampai 2030 dan ada 14 situ yang perlu ditata. Ini sudah ada di RTRW, Dinas PU seharusnya melaksanakan ini dan tiak tergantung pada Jokowi melulu.

Beberapa waktu lalu, Dinas PU DKI berencana menambah lagi luas waduk yang ada di DKI. Diharapkan pada 2014 atau 2015, DKI sudah memiliki area penampuan air ini seluas 438 hektar. Kini terdapat 35 waduk dan 16 situ, dengan total luas mencapai 253,75 hektar.

Nantinya akan ada 51 waduk dan situ seluas 438,93 hektar. Artinya, Pemprov DKI masih membutuhkan lahan seluas 185,18 hektar untuk memenuhi target 438,93 hektar untuk waduk dan situ tersebut.

Fungsi waduk sebagai sarana dan prasarana pengendali banjir karena berada di daerah rendah. Sedangkan situ hanya sebagai kolam penampungan dan fungsinya sebagai tempar parkir air sementara.

Situ juga berfungsi sebagai konservasi air tanah, karena di sekitarnya terdapat resapan air. Selain waduk retensi, Dinas PU DKI juga memiliki 36 polder atau waduk yang memiliki pompa, sebanyak 36 dan 11 sedang dalam proses pembangunan. Diharapkan dengan keberadaan waduk, situ dan polder, pengendalian banjir di DKI bisa terus membaik.

Berdasaran data Dinas PU DKI Jakarta, dari 35 waduk yang ada, yang diperluas sebanyak 22 waduk. Yakni Waduk Lebak Bulus dengan target 3,33 hektar dan saat ini baru 1 hektar. Kemudian Waduk Marinir Pondok Labu dengan target 3 hektar yang saat ini baru 0,9 hektar.

Waduk Rawabadung ditargetkan 5 hektar, saat ini baru 2,5 hektar. Waduk Aneka Elok dari target 2,5 hektar baru 1,5 hektar. Kemudian Waduk Rorotan dari target 50 hektar baru 1 hektar. Waduk Cilangkap dari target 13 hektar baru 12 hektar, dan Waduk Sunterhulu dari target 12 hektar baru 5 hektar.

Sedangkan waduk yang baru akan dibangun adalah Waduk Brigif seluas 12 hektar, Waduk Bintaro I seluas 2 hektar, Waduk Halim III 12 hektar, Halim IV 16 hektar, Halim V 19 hektar, Halim VI 11 hektar. Selanjutnya Waduk Pondok Rangon I seluas 11,45 hektar, Pondok Rangon II 2 hektar, Pondok Rangon III 6 hektar. Waduk Cipayung seluas 3,48 hektar, Cimanggis 4,5 hektar dan Waduk RW 05 Ceger 11,6 hektar. (sab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com