Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia Penjahat yang Kian Muda Sungguh Merisaukan...

Kompas.com - 04/09/2013, 09:29 WIB
Kepolisian Sektor Cileungsi, Kabupaten Bogor, Selasa (3/9/2013), menyampaikan informasi mengejutkan. Pembunuh Vindi Desi Fitri (15), siswa kelas VIII SMP PGRI Klapanunggal, Kabupaten Bogor, ternyata adalah teman sekelasnya sendiri, A (15).

Vindi, yang jenazahnya ditemukan di parit Kompleks TNI Angkatan Laut, Pasirangin, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Sabtu (31/8), dibunuh karena sering marah-marah kepada A.

Sebulan sebelumnya, tepatnya Senin (15/7), kasus pembunuhan yang dilakukan remaja berusia belasan tahun juga terjadi di Kota Tangerang Selatan.

Kus (16) merampok dan membunuh SW (14) di kebun kosong di sebelah Perumahan Gama Setia RT 006 RW 002, Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat. Menurut Kasat Jatanras Direskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan, sebelum membunuh, Kus diduga memerkosa SW.

SW adalah pacar gelap Kus, sementara pacar sesungguhnya adalah Fit. Kus sudah dua tahun berpacaran dengan Fit. Namun, sejak setahun lalu, Kus juga berpacaran dengan SW. Fit masih sekolah di SMK di kawasan Bumi Serpong Damai, sedangkan SW tidak lulus SMP.

Fit mengatakan kepada Kus bahwa dirinya butuh uang muka Rp 700.000 untuk kredit sepeda motor. Kus menyanggupi menyiapkan uang muka tersebut kepada Fit. Untuk mendapatkan uang itu, Kus lalu merencanakan membunuh SW, merampas sepeda motor korban, dan menjualnya.

Pada Juli 2012 juga terjadi peristiwa serupa di Bogor. MS (14) merampok dan membunuh ayah dan anak, Jordan (50) dan Edward (22), di Perumahan Satria Jingga, Desa Ragajaya, Bojong Gede, Bogor.

Semakin dini meniru

Guru Besar Kriminologi UI Ronny Nitibaskara, psikolog forensik Lia Sutisna Latief, dan Kepala Bagian Psikologi Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Nur Cahyo, yang dihubungi terpisah, mengaku terkejut dengan kasus pembunuhan yang dilakukan remaja ini. Sepengamatan mereka, jarang terjadi pria di bawah umur merencanakan pembunuhan untuk merampok.

”Sebelum tahun 2010-an, remaja di bawah 18 tahun belum mampu melakukan kejahatan berat ganda, apalagi merancang pembunuhan. Namun, mungkin karena mudahnya mendapat informasi di abad informasi ini, remaja semakin dini meniru kejahatan orang dewasa,” kata Lia.

Ia mengatakan, pada usia tersebut, keinginan untuk memperoleh ”kemenangan” dengan cara meraih aset, seperti uang, motor, dan mobil, meluap-luap. Bersamaan dengan itu, dorongan seksual pun menguat pada usia tadi.

Mengelola kejahatan

Dalam kasus ini, lanjut Lia, si pelaku sudah mulai mengorganisasi kejahatan, tidak lagi spontan karena emosi. Meski demikian, di sisi lain, unsur perencanaan kejahatan yang dilakukan tergolong masih ceroboh. Maklum, jam terbang tersangka masih rendah.

”Menurut saya, tindak memerkosa atau mengadakan hubungan intim dengan korban secara sukarela pun dilakukan Kus untuk melemahkan, bahkan membuat korban tak berdaya. Korban kehilangan atensi dan konsentrasi, bahkan kehilangan kewaspadaan terhadap tindakan orang dekat atau orang asing. Momen inilah yang digunakan pelaku,” ujarnya.

Lia menduga, mungkin sebelum usia 16 tahun, Kus sudah pernah menyaksikan adegan seksual atau pengalaman-pengalaman seksual disertai dengan adegan-adegan kekerasan.

Menurut Lia, yang mengerikan dalam kasus ini adalah pelaku mempersiapkan dan membuat kematian seseorang dengan bertubi-tubi melakukan tindak kekerasan.

Proses belajar

Sepengamatan Nur Cahyo, termasuk langka tersangka berusia 16 tahun merencanakan pembunuhan untuk merampok.

”Para pelaku kejahatan di bawah umur biasanya melakukan kejahatan spontan,” ucapnya.

Kasus-kasus ini juga menunjukkan gejala kian dininya usia para pelaku kejahatan berat di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Awalnya, karier kejahatan para pelaku di bawah umur ini diawali dengan merampok minimarket seperti yang terjadi di Jakarta pada 2012.

Dari merampok unit-unit usaha kecil, berkembang merampok unit-unit usaha yang lebih besar. Dari perampokan dengan persiapan ”gambar situasi” yang sederhana menjadi perampokan dengan persiapan gambar situasi yang lebih detail dan rumit, bahkan kemudian dilengkapi dengan senjata api.

”Inilah babak baru perampokan di wilayah hukum Polda Metro Jaya yang dilakukan mereka yang masih di bawah umur,” ujar Nur Cahyo.

Menurut Nur Cahyo, proses rasionalisasi pada kasus-kasus perampokan lebih cepat berlangsung ketimbang kasus pembunuhan.

”Dalam kasus perampokan, para pelaku belajar menghitung untung rugi, termasuk menekan risiko dengan skenario terburuk,” ucap Nur Cahyo.

Tidak demikian dengan kasus pembunuhan yang umumnya didominasi emosi daripada pertimbangan rasional.

Hanya pelaku yang melibatkan unsur perencanaan sebelum membunuh yang sudah lebih rasional melakukan kejahatan. ”Selain itu, dia juga sudah lebih mudah menyingkirkan perasaan bersalah atau guilty feeling,” kata Nur Cahyo.

Pembunuhan yang disebabkan letupan emosi misalnya kasus DK (23), seorang ibu yang menenggelamkan Fany Riawan, bayinya sendiri, 20 Juli lalu.

DK membunuh Fany yang baru berusia 43 hari di tempayan di rumah orangtua DK, Gang H Soiyan RT 002 RW 001 Nomor 30, Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dia kesal karena sering diejek bahwa anaknya itu merupakan anak di luar nikah.

Pada 29 Juli, A mencekik L, istrinya, hingga tewas di rumah mereka di Jalan Moh Kahfi 2 RT 003 RW 008, Srengseng Sawah, Jagakarsa. Sebelumnya, pasangan suami-istri ini terlibat pertengkaran yang dipicu rasa cemburu. Setelah membunuh, A lalu menyerahkan diri kepada polisi.

Menurut Ronny Nitibaskara, kasus-kasus pembunuhan pada umumnya memang dipicu meluapnya emosi yang lepas kendali. Setelah tersangka sadar, barulah muncul rasa penyesalan yang dalam diikuti trauma.

Namun, ketika peristiwa terulang dan dilakukan pelaku yang sama, pelaku mulai mengalami proses belajar dan mulai mudah menyelesaikan persoalan dengan membunuh.

Kontrol arus informasi

Menanggapi fenomena kasus kejahatan yang semakin banyak dilakukan pelaku berusia muda tersebut, Ronny, Cahyo, dan Lia mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar bersama-sama mengontrol arus informasi, memberi informasi dan rambu-rambu, serta melakukan langkah penyadaran.

Menurut Lia, meluapnya informasi membuat proses belajar dan meniru menjadi semakin cepat.

Berdasarkan pengamatan Ronny, kelompok sosial yang paling rapuh meniru pola kejahatan jalanan lewat informasi adalah kelompok kurang mampu secara ekonomi.

”Dengan latar belakang pendidikan rendah, mereka sering memaknai kekerasan sebagai heroisme. Kekerasan juga dianggap sebagai cara paling cepat dan murah mengatasi persoalan,” ujarnya.

Cahyo berharap, keluarga, lingkungan sekolah, dan para pengelola pelayanan publik mewaspadai fenomena ini dengan aktif menanamkan sistem nilai melalui kegiatan sosial, keagamaan, dan pendidikan budi pekerti. (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com