Tiga tahun lebih menikah, keduanya belum dikaruniai anak. Pekerjaan mulia yang dilakoni sang istri sebagai penjaga panti asuhan terhenti sejak 3 bulan lalu. Sebuah musibah datang menimpa keluarga ini.
"Istri tadi kerja, sekarang kena musibah jatuh patah tangan. Sebelum jatuh, dulu ngurus anak yatim piatu," tutur Kundiarto.
Suka duka kehidupan jalan Ibu Kota memang tak bersahabat bagi kursi rodanya untuk keliling berjualan. Setiap hari, ia berangkat pukul 06.30 hingga pukul 18.00 untuk berjualan. Wilayah yang disusuri tidaklah pendek. Daerah seperti Kemang, Bangka, Kebagusan, Jagakarsa, paling jauh di Pancoran pernah dilaluinya. Jalan mendaki menjadi berat untuk mendorong kursi rodanya. Belum ditambah beban jualan yang dimuat di kursi rodanya itu.
"Kalau naik jalan tinggi enggak kuat, suka minta tolong sama orang," kenangnya.
Belum lagi pengemudi yang mengklakson ketika kursi rodanya menghalangi jalan. Semua itu dilaluinya dengan berserah diri.
"Saya tawakal aja gitu," ujarnya.
Jajanan ringan, parfum, rokok, hingga pulsa elektrik lengkap di kursi rodanya itu. Pendapatannya tak menentu. Ia hanya tahu, setiap bulan mulai tanggal 1 sampai 15 bisa memperoleh untung Rp 50.000 dari berjualan per harinya.
Namun, di atas tanggal 15, pendapatannya menurun menjadi Rp 10.000. Padahal, pria yang mengontrak di RT 10 RW 2 Gang Nangka, Pasar Kebayoran Baru, Cipete Utara, Jakarta Selatan, itu mesti membayar sewa kontrakan sebesar Rp 1 juta. Ia pun membanting tulang agar dapur dapat tetap mengepul asap, dan kontrakan bisa terbayar.
"Karena semangat dan tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga untuk menghidupi istri," ujar Kundiarto.
Kundiarto melanjutkan, ada yang bilang saraf yang menyerang kakinya itu 90 persen tidak akan mengembalikannya untuk berjalan normal. Namun, harapan dan cita-cita di matanya tetap ada. Ia memiliki harapan bisa melanjutkan kuliahnya yang pernah terputus.
"Saya juga punya cita-cita untuk bisa punya rumah sendiri," ujarnya mengakhiri.
Sarung tangannya menyentuh roda kursi yang menjadi tumpuannya menyambung hidup. Ia pun meneruskan aktivitas berjualannya, berjalan lurus di tepi Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berteman dengan ramainya arus kendaraan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.