Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI: Sodetan Sungai Hanya Solusi Jangka Pendek Banjir

Kompas.com - 23/01/2014, 14:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya membuat sodetan untuk mengalihkan aliran sungai menjadi opsi untuk menanggulangi masalah banjir di Jakarta. Namun, pembuatan sodetan justru mengurangi ketersediaan air tawar karena mempercepat proses pengalirannya ke laut. Di samping itu, membuat sodetan dinilai hanya merupakan solusi jangka pendek.

"Sodetan itu hanya akan membuat air lebih cepat dialirkan untuk dibuang ke laut. Kalau di (negara) Barat, cara seperti itu sekarang sudah dikritik," kata peneliti senior dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jan Sopaheluwakan, dalam jumpa pers dengan tema "Skenario Mengatasi Banjir Jakarta" di Gedung LIPI, Jakarta, Kamis (23/1/2014).

Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta itu mengatakan, air tawar dari sungai yang mengalir di Jakarta seharusnya dapat ditahan selama mungkin di darat. Hal itu perlu karena banyak fungsi dan nilai ekonomis dari keberadaan air yang dapat dipertahankan. Sayangnya, masyarakat masih memandang air sungai sebagai ancaman yang dapat menimbulkan banjir. Anggapan ini memicu masyarakat untuk secepat-cepatnya menyalurkan air ke laut.

Selain itu, Jan mengatakan, membuat sodetan tidak menyentuh akar permasalahan banjir. Apalagi, banjir bukan hanya datang dari satu sungai, melainkan dari 13 sungai besar di Jakarta, seperti Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, dan juga Sungai Cikeas.

"Sia-sia sih enggak, tapi penyakit gejala tadi itu belum disembuhkan dan tidak menyeluruh. Jadi sodetan hanya mengurangi beban daerah untuk mengurangi banjir," ujar Jan.

Menurut Jan, banjir dapat diatasi dengan menyediakan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air. Selain itu, tata ruang kota juga harus diubah agar lebih baik. Wilayah Jakarta Selatan dapat dijadikan daerah ruang terbuka hijau untuk resapan air. Adapun wilayah Jakarta Utara sebagai daerah biru atau tempat penampungan air.

Selain itu, Jan mengatakan, mempertahankan ketersediaan air di dalam tanah dapat membantu mencegah turunnya permukaan daratan. Beberapa tempat di Jakarta, khususnya di wilayah utara, penurunan tanah terus terjadi akibat penyedotan air tanah berlebihan, tetapi tidak dibantu dengan pengisian air tanah. Minimnya ruang terbuka hijau menjadi penyebab air tidak dapat menyerap ke dalam tanah. "Tanah di Sunter, Kelapa Gading, Meruya, dan Penjaringan itu dalam kondisi menurun," ujar Jan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com