Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Jakarta, Dampak Salah Urus

Kompas.com - 07/02/2014, 08:02 WIB

Senada dengan pendapat Hasanudin, peneliti Departemen Teknik Geodesi ITB, Heri Andreas, mendesak agar faktor penyebab banjir, khususnya penurunan muka tanah, segera diatasi. Menurut Heri, pemerintah, baik pusat maupun Pemprov DKI, perlu bekerja keras mencari terobosan baru.

Penurunan muka tanah disebabkan proses alamiah di lapisan tanah muda, pengambilan air tanah dangkal dan dalam, pembebanan bangunan, serta faktor tektonis.

Sementara faktor yang paling dominan menyebabkan penurunan muka tanah di Jakarta adalah pengambilan air tanah yang masif dan beban bangunan. Solusi yang perlu diambil adalah menghentikan penyedotan air yang tak terkendali. Caranya dengan mencukupi pasokan air baku ke warga dan sektor usaha. Dengan cara itu, kata Heri, pengambilan air tanah dapat dikendalikan.

Upaya mengembalikan air tanah yang disedot ke tanah belum banyak dilakukan. Pada 2013, DKI membuat 1.507 sumur resapan di sejumlah titik. Diperkirakan, sumur ini dapat memasukkan air 52.977 meter kubik per hari. Volume ini jauh lebih kecil daripada volume air yang disedot warga dan sektor usaha, yaitu 602.739 meter kubik per hari, sebagaimana data yang dirilis Indonesia Water Institute.

"Semua solusi terkait banjir di Jakarta perlu waktu, tidak bisa seketika itu juga selesai," kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menanggapi desakan itu.

Penanganan struktural

Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum, penanganan banjir Jakarta dilakukan dengan penanganan struktural di bagian hilir dan hulu serta nonstruktural. Semua proyek dilaksanakan pada 2012 hingga 2017.

Di bagian hilir, dilakukan peningkatan kapasitas Kanal Barat dan Kanal Timur; normalisasi Kali Pesanggrahan, Angke, Sunter, Ciliwung, Krukut, dan Cipinang; serta pengerukan Cengkareng Drain, Sunter hilir, dan muara Kanal Barat.

Normalisasi Ciliwung yang ditargetkan selesai pada 2014 meliputi Pintu Air Manggarai dan Karet serta di Kali Ciliwung Lama. Sementara di sepanjang Pintu Air Manggarai-Jembatan Casablanca baru akan dimulai tahun depan dan Jembatan Casablanca-Jembatan TB Simatupang dimulai 2016.

Revitalisasi 182 situ di Jabodetabek dan penanganan nonstruktural, yaitu sistem peringatan dini, terus berjalan hingga ditargetkan selesai dalam tiga tahun ke depan.

Ahli hidrologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, yang dihubungi terpisah, semalam, menyesalkan pembangunan sheet pile atau tiang-tiang tanggul yang serampangan dan jauh dari memenuhi syarat di Jakarta.

"Memang belum ada ketentuan baku mengenai panjang tiang sheet pile. Namun, seharusnya dinas atau Kementerian PU (Pekerjaan Umum) sudah menghitung arus dan volume air, sedimentasi, tekanan, serta daya dukung tanah sebelum menentukan berapa panjang total sheet pile, berapa panjang yang di bawah tanah, dan berapa panjang di atas permukaan tanah," tutur Firdaus. (MDN/WIN/NDY/NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com