Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Disadap, Apa Motifnya?

Kompas.com - 21/02/2014, 10:39 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Penemuan tiga alat penyadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta pada Desember 2013 menimbulkan tanda tanya. Apa motif penyadapan di rumah yang dihuni Joko Widodo dan istrinya itu?

"Banyak kemungkinannya," kata pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, kepada Kompas.com, Jumat (21/2/2014).

Sebagai kandidat terkuat calon presiden, Jokowi menjadi saingan berat para capres lainnya. Otak di belakang penyadapan itu, kata Siti, bisa jadi mengarah kepada lawan-lawan politiknya.

"Tidak menutup kemungkinan, orang yang sedang 'dimedia-darlingkan' oleh rakyat jadi musuh bersama. Apalagi suaranya (Jokowi) tinggi melulu, yang membuat elite-elite lain tidak happy," kata Siti.

Kemungkinan motif lainnya, Siti mengatakan, bisa jadi pelaku penyadapan adalah internal PDI-P sendiri. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati publik.

Menurut Siti, tak bisa dipungkiri, isu penyadapan membuat rasa simpati publik terhadap PDI-P semakin meningkat. "Apa pun yang menimbulkan animo masyarakat, antusiame masyarakat, demi meningkatkan dukungan publik kepada partai atau elite tertentu, maka itu akan dilakukan," ujar Siti.

"Jadi, begitu ada isu-isu yang seksi, isu-isu yang bisa digoreng, makan, akan dijadikan komoditas politik," tambahnya.

Kemungkinan lainnya, lanjut Siti, bisa jadi pelaku penyadapan berasal dari pihak asing. Sebab, kata dia, pelaksanaan pemilihan umum Indonesia, terutama pemilihan presiden, pasti akan terkait dengan kepentingan negara lain. Fenomena Jokowi yang selalu muncul di posisi teratas hasil survei sebagai calon presiden terpopuler turut menarik perhatian dari negara-negara asing.

"Kita tidak boleh menutup mata, pemilu di mana pun, termasuk di Indonesia, akan berkaitan dengan kepentingan tertentu dari negara-negara tertentu," kata Siti.

"Kalau Jokowi apa dampaknya. Begitu juga dengan Prabowo (Subianto) atau bahkan Aburizal Bakrie. Bisa enggak nanti mereka masih akrab dengan Indonesia, atau justru malah mengancam," ujarnya.

Tanggapan Jokowi

Jokowi yang membenarkan adanya penemuan tiga alat sadap di rumah dinasnya mengaku tak ambil pusing. Terlebih lagi, kejadiannya sudah dari Desember 2013.

Menurut Jokowi, tak ada yang istimewa dalam perbincangannya dengan istri. Membahas urusan Jakarta pun tidak ada yang dia tutupi.

"Saya sama istri saya ngomong yang ringan-ringan aja. Yang nyadap juga pasti kecewa, ini kok omongannya gini-gini aja," kata Jokowi.

Jokowi enggan menduga-duga mengenai motif maupun pihak yang meletakkan alat tersebut. "Memikirkannya pun ndak," ujarnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com