Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trayek Ditentang Sopir KWK, Operasi Bus Sekolah di Ciracas Dikaji Ulang

Kompas.com - 17/03/2014, 21:17 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Unit Pelayanan Teknis (UPT) Bus Sekolah Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengkaji kembali operasi bus sekolah yang melintasi rute kawasan Cipayung-Ciracas, Jakarta Timur. Hal ini dilakukan setelah puluhan sopir koperasi wahana kalpika (KWK) T14 menolak operasi bus tersebut karena dianggap mengancam pendapatan mereka.

Kepala UPT Bus Sekolah, Nurhayati Sinaga menyatakan, terkait penolakan ini, pihaknya belum dapat memastikan apakah rute bus sekolah di sana akan dibatalkan atau tetap dioperasikan. Sebab, Nurhayati menyatakan pihaknya akan melakukan koordinasi kembali dengan para sopir angkutan mengenai kebijakan tersebut.

"Kita akan koordinasikan lagi dengan KWK. Kita mau lihat apakah kebutuhan untuk anak sekolah sudah terpenuhi dengan adanya KWK," kata Nurhayati, kepada Kompas.com, Senin (17/3/2014).

Nurhayati menyatakan, operasi bus sekolah di rute itu masuk dalam rencana besar pengembangan bus sekolah. Sebab, dia menyatakan jalur yang dilintasi angkutan KWK di sana memang banyak terdapat sekolah. Operasi bus sekolah yang dilangsungkan pada Kamis lalu baru masuk tahapan uji coba.

"Kita belum operasikan trayeknya. Jadi itu merupakan hasil kajian konsultan. Cuma ternyata dinamika di lapangannya seperti itu," ujar Nurhayati.

Ia berpendapat, penolakan ini mungkin didasarkan asumsi bahwa pengoperasian bus sekolah akan dilakukan dengan mengerahkan armada yang banyak. Padahal, pihaknya baru mengerahkan 3 armada saat dilangsungkan uji coba tersebut. Jumlah bus sekolah yang akan dioperasikan pun, katanya, akan disesuaikan sesuai kebutuhan pelayanan di jalur itu.

Meski demikian, ia mengakui bahwa jika dioperasikan, lebih dari 50 persen trayek bus sekolah akan bersinggungan dengan jalur angkot KWK. "Tapi kita tidak berpikir untuk bersaing atau mengambil penumpang mereka. Walaupun ada permintaan masyarakat, kita akan koordinasikan dengan KWK sesuai dengan kebutuhan di sana," ujar Nurhayati.

Sebelumnya, aksi penolakan dilakukan puluhan KWK T14 jurusan Setu Keong - Cilangkap, pada Jumat (14/3/2014). Para sopir tersebut berunjuk rasa lantaran protes terhadap beroperasinya bus sekolah yang menyerobot jalur trayek mereka.

Dengan beroperasinya bus sekolah di sana, mereka merasa terancam kehilangan penumpang dari kalangan pelajar yang menjadi salah satu sumber pendapatan mereka. Para sopir itu meminta agar bus sekolah yang beroperasi gratis itu dapat ditarik kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com