Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fraksi Gerindra: Kalau Kalah di Pilpres, Jokowi Jangan ke Jakarta Lagi

Kompas.com - 20/03/2014, 21:09 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo harus menunjukkan sikap sebagai negarawan dengan mundur dari jabatan gubernur setelah mencalonkan diri sebagai presiden.

Sanusi berpendapat, Jokowi sebaiknya tidak lagi mengecewakan warga yang telah memilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 dan memercayainya untuk membentuk "Jakarta Baru" dalam lima tahun.

"Jadi, kalau misalnya Jokowi kalah di pilpres, ya pulangnya ke Solo, jangan Jakarta lagi. Warga Jakarta bukan seperti warga provinsi lainnya," kata Sanusi, di Jakarta, Kamis (20/3/2014).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, Jokowi sebaiknya meniru para peserta Konvensi Capres Partai Demokrat yang berani mundur dari jabatannya.

Sanusi memberi contoh Gita Wirjawan yang berani mundur dari jabatan Menteri Perdagangan dan memilih fokus dalam konvensi. Begitu juga dengan Dino Patti Djalal yang juga mundur dari Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Sanusi mengatakan, mereka berani untuk melepaskan jabatannya demi fokus mencalonkan diri sebagai presiden. Padahal, saat itu, Dino dan Gita belum tentu menjadi pemenang Konvensi Capres Demokrat.

Apabila Jokowi ingin dipandang sebagai tokoh muda yang kompeten dan mempunyai visi misi yang jelas, dia sebaiknya meniru langkah Dino dan Gita.

Dia juga membandingkan Jokowi dengan Dahlan Iskan, yang disebutnya "tokoh tua" karena tidak mengundurkan diri dari jabatan Menteri BUMN meskipun bertarung dalam Konvensi Capres Partai Demokrat.

Anggota Komisi D (Pembangunan) DPRD DKI itu mengimbau Jokowi untuk memberikan pendidikan politik kepada para pejabat tinggi negara lainnya yang juga mencalonkan diri sebagai presiden.

"Jakarta itu ibu kota negara dan pusat pemerintahan, jangan disamakan dengan Solo, Sragen, dan Kejawen yang bisa cuti. Makanya, perlu bijaksana dalam menyikapinya, Jakarta dirugikan sekali," kata Sanusi.

Lebih lanjut, Sanusi mengancam tidak akan menyetujui calon wakil gubernur DKI Jakarta yang diajukan PDI Perjuangan jika tidak ada tokoh Gerindra.

Sesuai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatan apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya selama enam bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya.

Menurut UU tersebut, partai pengusung bisa mengajukan dua nama untuk menjadi calon wakil kepala daerah. Kedua nama itu kemudian direkomendasikan ke kepala daerah dan diputuskan dalam sidang paripurna DPRD.

Dalam konteks saat ini, Jokowi menyatakan siap menjadi capres PDI-P dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan menggantikannya menjadi gubernur. "Kan PDI-P enggak mengusung sendiri, ada Gerindra juga. Bijaksana saja melihat itu semua, jangan memaksakan," kata Sanusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah Demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah Demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com