Salah satunya Hendro (23). Pemilu tahun ini merupakan pemilu yang kedua kalinya bagi Hendro. Sejak pemilu pertama hingga sekarang,Hendro mengaku lebih kenal partai politik dibandingkan dengan calon dari parpol tersebut.
"Mungkin lebih ke partai (pilihnya). Ya kalau caleg sekedar tahu aja," ujarnya kepada Kompas.com di TPS 001 Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat.
Senada dengan Hendro, pemilih lainnya, Reinhard (22), berpendapat, wajar saja bila masyarakat tidak begitu mengenal caleg. Menurut dia, para caleg kurang melakukan sosialisasi ke masyarakat. Dia juga tidak pernah bertatap muka dengan caleg di sekitar tempat tinggalnya.
"Partai secara garis besar tahu. Caleg-calegnya kurang tahu soalnya mereka baru nunjukin diri pas mau pemilu aja," kata Reinhard.
Warga asal Bekasi yang mencoblos di TPS daerah Glodok tersebut lebih paham informasi seputar partai politik. Sedangkan untuk calegnya,tidak ada informasi apapun yang diterimanya dengan jelas.
Pemilih lainnya, Albert (17), yang merupakan pemilih pemula juga mengaku sulit mendapatkan informasi soal calon wakil rakyat yang akan dipilihnya. Untuk menentukan pilihan, Albert pun hanya mengandalkan informasi dari media.
"Dapat informasi kebanyakan dari TV. Saya sih pilih yang merakyat aja," katanya.
Jumlah pemilih kelompok pemula sendiri di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih pemula pada Pemilu 2014 mencapai 11 persen dari total 186 juta jiwa pemilih.
Jumlah ini meningkat dibandingkan dua pemilu sebelumnya. Pada tahun 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih (18,4 persen). Sementara pada Pemilu 2009, ada sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih (21 persen).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.