Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT JM Diminta Fokus Lunasi Utang dan Penuhi Syarat Jokowi

Kompas.com - 09/05/2014, 11:17 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Institut Studi Transportasi (Instran) Achmad Izzul Waro mengimbau investor monorel, PT Jakarta Monorail (JM), untuk fokus memenuhi persyaratan Pemprov DKI guna membangun infrastruktur di jalur hijau dan biru. Menurut dia, hal itu lebih baik dilakukan, daripada meributkan properti bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. 

"Sampai sekarang, perjanjian kerjasama (PKS)nya saja belum ada. Ini jadi bukti perusahaan tidak serius menjalankan bisnis ini, kalau serius ya dipenuhi persyaratan Pemprov DKI," kata Izzul, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (9/5/2014). 

Selain memenuhi business plan (rencana bisnis), dan segala aspek yang diminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, utang dengan PT Adhi Karya juga harus diselesaikan. PT JM harus melunasi ganti rugi pembayaran tiang dan pondasi yang telah terbangun milik PT Adhi Karya senilai Rp 193 miliar.

Sementara untuk business plannya, PT JM harus mampu meyakinkan Pemprov DKI dalam hal potensi keuntungan, harga tiket, serta jaminan keberlanjutan bisnis.

"Properti di sekitar stasiun dan jalur monorel memang potensi bagus untuk bisnis. Tapi, sampai sekarang pembangunan fisiknya saja belum ada," kata dia. 

Pada kesempatan berbeda, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkapkan, pengelolaan properti yang diinginkan PT JM adalah pembangunan stasiun setinggi tiga lantai. Sementara, biaya pembangunannya membutuhkan biaya pondasi yang tinggi. Apabila lahan milik DKI itu dikomersialkan, kata Basuki, tidak semua pengusaha dapat menyewa dan berdampak pada terbatasnya konsumen.

"Jajanan apa yang dijual di sana? Pasti harga sewanya selangit, tidak mungkin kopi satu gelas dijual Rp 3.000 di sana," kata Basuki. 

PT JM klaim sudah penuhi syarat Jokowi

Direktur Utama PT JM John Aryananda mengklaim telah menyerahkan business plan (rencana bisnis) kepada DKI. Ia menjelaskan, ketika Pemprov DKI meminta sejumlah dokumen pendukung terkait proyek monorel, PT JM berupaya melengkapi seluruh tugas dari Jokowi tersebut. 

Dua aspek yang diminta Jokowi dan harus dipenuhi oleh PT JM, yakni aspek realistis dan keberlanjutan. Jokowi tidak menginginkan saat monorel berjalan, berhenti di tengah jalan begitu saja atau hanya beroperasi hingga lima tahun. Jokowi menginginkan semua moda transportasi massal Jakarta bertahan lama seperti mass rapid transit (MRT) di London.

Untuk aspek realistis, PT JM harus dapat mengubah desain jalan di jalan-jalan yang akan dilalui monorel. Salah satu perubahan desain tata ruang yang terjadi adalah adanya jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang. Atas semua persyaratan itu, John mengklaim telah mampu memenuhinya.

"Saya tidak tahu apalagi yang menghambat (proyek monorel). Karena kami sudah selesaikan dan serahkan semua persyaratannya, kalau masih ada yang kurang lagi, ya kami lengkapi," kata John beberapa waktu lalu.

Namun, dokumen yang diserahkan kepada DKI itu tidak pula ditembuskan pada Basuki. Sebab, menurut John, Basuki bukanlah anggota tim khusus yang ditunjuk Jokowi untuk mengurus monorel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com